JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sedikitnya 71 warga sipil telah dibunuh oleh pasukan Israel di Lebanon sejak gencatan senjata dicapai pada akhir tahun lalu.
Thameen Al-Kheetan, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), mengatakan pada hari Selasa (15/4/2025) bahwa jumlah korban tewas termasuk 14 wanita dan sembilan anak-anak. Ia menyerukan penyelidikan terhadap "setiap aksi militer yang menyebabkan warga sipil terbunuh".
OHCHR mengemukakan kekhawatiran tentang operasi militer Israel baru-baru ini yang menghantam infrastruktur sipil, termasuk serangan pada tanggal 3 April yang menghancurkan pusat medis yang baru didirikan yang dijalankan oleh Masyarakat Kesehatan Islam di kota selatan Naqoura.
Ia juga mencatat bahwa sedikitnya lima roket, dua mortir dan sebuah pesawat tak berawak telah diluncurkan dari Lebanon menuju Israel utara, menurut tentara Israel, dan puluhan ribu warga Israel masih mengungsi dari utara.
“Gencatan senjata harus dipertahankan, dan setiap eskalasi merupakan risiko bagi stabilitas secara umum di Lebanon, Israel, dan seluruh kawasan,” kata Al-Kheetan.
Kemudian pada hari Selasa, Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Israel terhadap sebuah mobil di kota selatan Aitaroun menewaskan satu orang dan melukai tiga orang, termasuk seorang anak.
Serangan Israel
Israel terus menyerang Lebanon, termasuk serangan terhadap ibu kota, Beirut, sejak gencatan senjata 27 November, yang sebagian besar menghentikan lebih dari setahun permusuhan antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah, termasuk perang habis-habisan selama dua bulan.
Berdasarkan gencatan senjata, Hizbullah harus menarik pasukannya dari selatan Sungai Litani Lebanon dan membongkar semua infrastruktur militer yang tersisa di sana sementara Israel harus menarik semua pasukannya dari Lebanon selatan.
Tentara Lebanon telah dikerahkan di wilayah selatan dekat perbatasan dengan Israel setelah pasukan Israel mundur meskipun Israel terus mempertahankan lima posisi berbenteng di Lebanon yang dianggapnya “strategis”.
Presiden Lebanon Joseph Aoun mengatakan pada hari Senin bahwa tentara “membongkar terowongan dan gudang serta menyita pangkalan senjata” di selatan Litani “tanpa masalah dari Hizbullah”.
Pada hari Kamis, seorang pejabat senior Hizbullah mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kelompok tersebut siap mengadakan pembicaraan dengan presiden Lebanon mengenai persenjataannya jika Israel menarik diri dari Lebanon selatan dan menghentikan serangannya. (*)