Beirut - Pemimpin gerakan perlawanan Lebanon Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, pihaknya memutuskan untuk memberikan tanggapan kepada Israel atas serangan pesawat tak berawak baru-baru ini ke Lebanon.
Nasrallah mengatakan, Israel harus membayar harga atas serangan pekan lalu ke pinggiran selatan ibukota Lebanon, Beirut.
Tanggapan yang tepat kepada Israel atas serangan drone adalah tentang menetapkan aturan keterlibatan dan logika perlindungan untuk Lebanon.
"Israel harus tahu bahwa ruang udara Lebanon tidak terbuka untuknya," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi, menambahkan bahwa serangan Israel membuka pintu korban pembunuhan jika dibiarkan tidak dijawab.
Pernyataan itu muncul kurang dari seminggu setelah Israel mengatur misi pemboman yang gagal melalui pesawat tanpa awak di wilayah Dahieh di Beirut.
Serangan yang terjadi Minggu (25/8) pagi, berakhir dengan cepat setelah drone pertama jatuh di sebuah gedung yang menampung kantor media Hizbullah dan yang kedua jatuh di sebidang tanah kosong di dekatnya setelah diledakkan di udara.
Pejabat senior Lebanon mengutuk serangan itu sebagai pelanggaran integritas teritorial Libanon.
Nasrallah mengatakan dalam pidatonya bahwa respons terhadap serangan Israel dapat datang dari mana saja di Lebanon dan tidak hanya dari pertanian Sha`baa di selatan sebaliknya di mana Hezbollah biasanya menempatkan sebagian besar peralatan militernya.
"Tanggapan akan datang dari Libanon. Kami akan memilih tempat dan waktu," katanya.
Pemimpin Hizbullah selanjutnya menolak klaim oleh Perdana Menteri Israel Binyamin Netanyahu bahwa kelompok perlawanan itu memiliki fasilitas untuk membangun rudal yang dipandu dengan presisi untuk serangan terhadap Israel.
"Kami tidak memiliki pabrik rudal presisi. Netanyahu berbohong," kata Nasrallah, menambahkan, bagaimanapun, bahwa ada cukup rudal semacam itu di Libanon untuk setiap konfrontasi dengan Israel.