Katakini.com - Politikus PKS yang juga Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto meminta Pemerintah Indonesia agar lebih menghargai dan memperhatikan para insinyur dalam negeri.
Keberhasilan delapan insyur Inonesia dalam turut serta menemukan cadangan gas terbesar di Turki seharusnya menjadi pembelajaran pemerintah bahwa kualitas insiyur anak bangsa tidak kalah dengan insinyur luar negeri.
"Sayangnya di Indonesia kemampuan ilmuwan-ilmuwan berbakat itu kurang dihargai. Mereka ditempatkan pada lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian, tapi dengan sarana terbatas. Bahkan anggaran untuk melakukan riset persoalan yang penting tidak disediakan secara memadai. Masih kalah dengan anggaran untuk pendengung," kata Mulyanto dalam rilis pers yang diterima Tajuk.co, Kamis (27/8/2020).
Sebelumnya dikabarkan sejumlah tenaga kerja Indonesia yang turut andil dalam penemuan cadangan gas alam terbesar di sumur Tuna-1 di Laut Hitam, sekitar 100 mil laut di pantai utara Turki, dengan kapasitas sebesar 320 miliar meter kubik (atau setara dengan 11.3 TCF).Ladang gas baru yang ditemukan negeri Erdogan itu mendekati besarnya cadangan gas di Blok Masela Maluku, sebesar 303 milyar meter kubik (10.7 TCF) dan di bawah cadangan gas Blok Natuna, yang sebesar 40 TCF. Dimana total cadangan gas Indonesia (hingga 2018) sebanyak 135,55 TCF.Menurut Mulyanto yang alumnus Tokyo Institute of Technology Jepang tersebut, penemuan itu merupakan prestasi luar biasa dalam industri migas dunia. Apalagi temuan itu berada di laut off shore, yang jauh lebih sulit ketimbang on shore."Delapan orang insinyur kita ini sekali lagi membuktikan bahwa Indonesia sebenarnya bisa. Bahkan, tidak sedikit para ilmuwan kita yang menjadi professor dan ahli di lab-lab pusat penelitian saintifik internasional, baik di Jepang, Eropa maupun Amerika. Mereka produktif menghasilkan karya ilmiah internasional, termasuk paten," ujarnya.