Katakini.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi selama tiga bulan berturut-turut dari bulan Juli, Agustus dan September atau diperiode kuartal III 2020.
Menurunnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama terjadinya deflasi tersebut. Pada bulan September terjadi deflasi sebesar 0,05%.
"Dengan terjadinya deflasi sebesar 0,05% pada bulan September tahun 2020 berarti terjadi deflasi berturut-turut selama tiga bulan. Jadi selama triwulan tiga 2020, Juli Agustus dan September terjadi deflasi. Dimana pada bulan Juli 0,10%, bulan Agustus yang lalu terjadi deflasi 0,05% dan pada bulan September ini terjadi deflasi sebesar 0,05%," kata Kepala BPS, Suhariyanto di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Suhariyanto mengatakan bahwa, beberapa komponen yang menyebabkan terjadinya deflasi adalah kelompok makanan dan minuman dan tembakau, masing-masing 0,37% dan 0,09%.Sementara pada bulan Agustus deflasi didominasi oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras dengan andil 0,04%. Selain itu juga ada penurunan pada harga bawang merah, dan beberapa jenis sayuran dan cabai rawit.
Selain itu juga terjadi deflasi 0,03% pada sektor transportasi utamanya pada angkutan udara.
"Dari 90 kota IHK yang dipantau oleh BPS menunjukan bahwa 56 kota mengalami deflasi, sementara 34 kota mengalami deflasi tertinggi terjadi di Timika, dimana terjadi deflasi 0,83%. Sementara deflasi terendahnya terjadi di tiga kota yaitu di Buktitinggi, Jember dan Singkawang masing-masing terjadi deflasi sebesar 0,01%," ujar Suhariyanto.
Menurur Suhariyanto, dengan terjadinya deflasi sebesar 0,05% pada bulan September 2020 maka tingkat inflasi pada tahun kalender adalah sebesar 0,89%. Sedangkan tingkat inflasi dari tahun ke tahun adalah sebesar 1,42%.