Katakini.com - Malaysia meminta jumlah kompensasi yang perlu dibayarkan ke Singapura untuk penghentian proyek Kuala Lumpur-Singapore High Speed Rail (HSR) jauh lebih rendah dari S$270 juta atau Rp2,85 triliun, lansir Channel News Asia pada Selasa.
Menteri Ekonomi Malaysia Mustapa Mohamed mengacu pada pernyataan Menteri Transportasi Singapura Ong Ye Kung yang mengatakan bahwa negeri Singa itu telah menghabiskan lebih dari S$270 juta, termasuk biaya layanan konsultasi dan tenaga kerja.
"Menteri perhubungan [Singapura] juga mengatakan kompensasi tidak akan termasuk biaya tanah dan kami tahu bahwa pemerintah Singapura telah memperoleh beberapa bidang tanah untuk melaksanakan proyek tersebut," kata Mustapa.
Mustapa mengatakan bahwa kompensasi bukanlah denda dan merupakan jumlah yang akan diganti Malaysia dari proyek yang telah dikeluarkan oleh Singapura.
Namun demikian, Mustapa menyampaikan jumlah kompensasi tidak akan diungkapkan.
"Kami menunggu detail biayanya dari Singapura dan setelah diterima akan diteliti terlebih dahulu sebelum kami konfirmasi. Jenis klaim yang diajukan sudah disepakati," kata Mustapa.
Pada 1 Januari lalu, Pemerintah Malaysia dan Singapura sepakat menghentikan proyek kereta cepat bernilai USD25 miliar atau Rp352,89 triliun yang diteken pada 2016.
Kesepakatan itu dicapai setelah perundingan yang berlarut-larut gagal memecahkan kebuntuan atas tuntutan Malaysia yang ingin ada perubahan blue print proyek tersebut.
Dalam pernyataan bersama antara PM Malaysia Muhyiddin Yasin dan PM Singapura Lee Hsien Loong, Singapura mengonfirmasi tidak dapat menyetujui perubahan yang diusulkan Malaysia hingga deadline 31 Desember 2020.
"Kedua negara akan mematuhi kewajiban masing-masing dan sekarang akan melanjutkan dengan tindakan yang diperlukan sebagai hasil dari penghentian proyek tersebut," demikian isi pernyataan bersama kedua negara.
Pandemi Covid-19 disebut sebagai faktor utama di balik pembatalan kesepakatan ini.
Sebab, ada ekspektasi volume perjalanan tahun-tahun mendatang akan terpengaruh signifikan mengingat perubahan pola perjalanan terkait pekerjaan.
Terlebih, ada fenomena penggunaan konferensi video yang menembus batas jarak antar manusia.
Sebelumnya, proyek kereta cepat ini menargetkan pengurangan waktu tempuh dari Kuala Lumpur ke pusat bisnis Singapura menjadi 2,5 jam dari rata-rata lebih dari empat jam lewat jalur udara.(Anadolu Agency)