Katakini.com,- Hampir setiap akhir pekan di Taman Al-Balabel, Jeddah, kini ada pemandangan yang tidak biasanya. Sekelompok pria memamerkan burung kakak tua, menerbangkan mereka, dan mengajak anak-anak bermain dengan mereka.
Jangan mengira burung-burung itu akan kabur ketika dilepaskan. Burung-burung itu akan kembali ke tangan pemilik mereka tidak lama setelah terbang menjauh atau bahkan setelah sempat hinggap di ranting-ranting pepohonan.
Burung-burung jenis Scarlet macaw (Ara macao) ini adalah burung-burung terlatih dari kelompok penggemar burung kakak tua yang menamakan diri mereka Saudi Freeflight.
Turki Momena, salah seorang pendiri kelompok itu, menganggap memelihara dan melatih burung kakak tua sebagai hobi.
"Hobi kami sekarang tersebar luas di negara-negara Teluk. Hobi menerbangkan burung kakak tua ini pertama kali berkembang di Arab Saudi, kemudian menjalar ke Uni Emirat Arab dan sekarang Kuwait, Oman dan Bahrain. Kami memiliki jaringan komunikasi di setiap kota di kawasan Teluk. Kami bahkan membentuk sebuah organisasi besar yang membawahi kelompok-kelompok itu di Teluk,” kata Momena.
Meski populer di negara-negara Teluk, Scarlet macaw -- yang umumnya berbulu campuran biru, kuning, merah, hijau dan putih – sebetulnya bukan burung asli kawasan itu. Burung yang satu ini merupakan unggas asli hutan tropis di Amerika Tengah dan Selatan.
Burung ini banyak diperdagangkan di berbagai penjuru dunia sebagai hewan peliharaan dengan harga yang berkisar dari 1.000 hingga 3.000 dolar AS per ekor. Di negara-negara Teluk, harga burung itu bisa berlipat ganda.
Naif Al-Namzi, yang juga pendiri Saudi Freeflight, menggambarkan hubungan antara burung kakak tua dan pemiliknya seperti anak dengan orang tuanya.
"Ketika burung itu terbang dan kembali ke Anda, perasaan itu tak terlukiskan. Anda membangun hubungan dengan burung itu seperti orang tua dengan anaknya. Ini adalah perasaan luar biasa. Anda mulai memelihara burung itu sejak kecil dan secara perlahan membangun hubungan yang erat dengannya," ujarnya.
Beberapa pemilik burung kakak tua membolehkan orang-orang berinteraksi dengan burung itu. Mereka mengizinkan para penonton mengelus-elus burung-burung itu dan bahkan berfoto bersama.(voaindonesia)