Teheran, katakini.com - Iran mengatakan pada hari Jumat, kunjungan menteri luar negeri Israel ke Bahrain minggu ini untuk menandai pembentukan hubungan meninggalkan noda pada penguasa negara Teluk Arab yang tidak akan terhapus.
Bahrain dan Uni Emirat Arab menormalkan hubungan dengan Israel tahun lalu dalam kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham. Sudan dan Maroko mengikutinya.
Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid bertemu dengan Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa dan Putra Mahkota dan Perdana Menteri Salman bin Hamad Al Khalifa pada hari Kamis (30/9).
Untuk memberi isyarat terhadap Iran, Lapid mengunjungi markas besar Armada Kelima Angkatan Laut AS di Bahrain, yang telah berhadapan dengan kapal-kapal Iran dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami mengutuk skema apa pun yang mendukung kehadiran destruktif Israel di kawasan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA, dikutip dari Reuters.
"Sangat disayangkan bahwa para penguasa Bahrain mengabaikan kejahatan harian rezim Zionis terhadap rakyat Palestina yang tertindas tetapi tangguh,” kata Khatibzadeh, merujuk pada Israel.
"Noda ini tidak akan terhapus dari reputasi penguasa Bahrain. Orang-orang di kawasan itu akan terus menentang proses normalisasi hubungan dengan rezim Zionis," sambungnya.
Bahrain, sebuah kerajaan yang diperintah Muslim Sunni, menuduh Iran memicu kerusuhan di Bahrain, tuduhan yang dibantah oleh Muslim Syiah di Teheran. Negara pulau itu, yang menumpas pemberontakan yang sebagian besar dipimpin oleh anggota Syiah dari penduduknya pada 2011, menyaksikan beberapa aksi protes sporadis setelah Kesepakatan Abraham ditandatangani.
Palestina mengecam perjanjian itu, dengan mengatakan mereka meninggalkan posisi bersatu di mana negara-negara Arab akan berdamai dengan Israel hanya jika Israel menyerahkan wilayah yang diduduki.