IPB Bantu Tangani Stunting dan Kemiskinan di NTT

| Selasa, 05/10/2021 08:16 WIB
  IPB Bantu Tangani Stunting dan Kemiskinan di NTT Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat audiensi bersama Tim Peneliti dari Institut Pertanian Bogor dalam membantu penanganan stunting di NTT.

katakini.com--Institut Pertanian Bogor (IPB) membantu penanganan stunting dan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Karena itu, perlu ada kolaborasi antara IPB dengan berbagai pemangku kepentingan di NTT, baik itu pemerintah daerah maupun perguruan tinggi di NTT.

"Pendekatan stunting di NTT bukan hanya soal pangan, tapi berkaitan dengan pranata sosial budaya dan pendidikan. Kemiskinan di NTT bukan karena alamnya tapi karena kemampuan untuk mengolahnya yang belum optimal. Kami butuh orang-orang seperti bapak dan ibu yang bisa menjadi trigger atau pemicu. Saya tahu IPB salah satu perguruan tinggi yang sangat hebat, yang mampu melakukan ini, " tandas Gubernur NTT, Viktor Laiskodat saat audiensi bersama Tim Peneliti IPB yang dipimpin Prof. Dr. Alimmudin, SPi, MSc, di Kupang, Senin (4/10/2021).

Didampingi oleh Ketua Yayasan Kasih Roslin Mandiri Kupang, Budi Soehardi, Tim Peneliti dari IPB membawa mandat dan tugas dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk membantu penanganan stunting dari aspek pangan.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur NTT Viktor Laiskodat mendorong kerjasama antara IPB dengan perguruan tinggi di NTT bukan hanya (transfer) ilmunya saja tapi juga kerja nyata yang produktif. Semangat kolaboratif harus terwujud di lapangan.

"Kita punya banyak lembaga atau tempat pembenihan tapi masih kurang produktif. Dulu kita termasuk daerah pengekspor sapi yang hebat, punya potensi laut yang luar biasa. Provinsi ini adalah penghasil lobster mutiara terbesar di Indonesia," katanya.

Ia menambahkan kalau seluruh ahli punya tantangan lapangan yang kuat, berpanas-berpanasan dan berhujan-hujanan di lapangan serta berani mabuk laut tentu bisa atasi persoalan kemiskinan di NTT.

"Kalau kita mau serius seperti ini, kita bisa keluar dari kemiskinan. Semangat seperti ini kita harapkan dapat ditularkan oleh ahli dari IPB," jelas Viktor.

Mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR RI ini juga meminta tim peneliti IPB untuk mengintegrasikan penelitiannya dengan program pemerintah provinsi.

Orang nomor satu di NTT ini berharap kehadiran tim IPB dapat mengubah mindset dan kultur set birokrasi yang lebih berorientasi pada pelaksanaan program dan pemenuhan aspek administrasi semata.

"Saya minta teman-teman ahli dari IPB dapat bersinergi dengan perangkat daerah terkait untuk pengembangan perikanan, pertanian dan peternakan. Di sini ada ahli perikanan, pengolahan pakan ternak dan gizi yang hebat dari IPB. Silahkan berkolaborasi dengan pimpinan perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk kemajuan NTT," tegas Viktor.

Ia memerintahkan kepala Dinas Pertanian dan Kepala Dinas Perikanan agar menindklanjuti dan proaktif berkomunikasi dengan para peneliti IPB ini. Hal ini sesuai komitmennya untuk menekan dan meniadakan atau zero stunting di NTT, bukan sekadar menurunkannya.

"Sejak kami memimpin NTT September 2018, angka stunting turun dari 35,20 persen jadi 22 persen. Tapi ini bukan masalah penurunan jumlah prosentasi, namun ini adalah masalah kemanusian. Kerja seorang pemimpin bukan turunkan prosentase saja tapi menyelesaikannya supaya orang tidak boleh hidup dalam kondisi seperti ini. Mindset seperti ini yang coba terus kami dorong dan tanamkan kepada para bupati/walikota di NTT," ungkap Viktor.

Sementara itu, Ketua Tim Peneliti IPB, Alimmudin menegaskan tim peneliti dari IPB terdiri dari ahli perikanan, ahli pangan dan gizi, dan ahli peternakan.

"Tujuan akhir dari penelitian dan kerja tim ini adalah untuk menghasilkan biskuit tepung lele dan tepung marungga yang bergizi untuk membantu NTT tangani stunting. Misi kami adalah bantu NTT atasi kemiskinan. Pendekatan kita langsung ke habitat, berikan edukasi dan praktek untuk asupan gizi yang baik. Kita akan bangun kerjasama dengan Undana serta perguruan tinggi lainnya dan PKK NTT," jelas Alimudin.


"Kami juga siap untuk membantu pemerintah provinsi untuk pengembangan perikanan, pakan ternak, pengembangan kelor dan peternakan," jelas Alimudian yang sudah banyak terlibat dalam berbagai proyek pengembangan perikanan di berbagai daerah tersebut.

Para peneliti dari IPB tersebut terdiri dari enam orang guru besar, masing-masing dua orang dari tiap fakultas yakni Fakultas Gizi dan Pangan, Fakultas Perikanan dan Kelautan serta Fakultas Peternakan.