JAKARTA - Berharap untuk menginspirasi lebih banyak orang, Thailand dua perusahaan lokal bekerja sama untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi jimat patung Buddha. Patung mungil ini menggunakan sembilan jenis bahan yang dapat didaur ulang mulai dari botol plastik hingga jaring ikan nilon.
Thailand yang mayoritas beragama Buddha diperkirakan menjadi penyumbang plastik terbesar kelima ke lautan dunia, menurut sebuah laporan oleh kelompok Ocean Conservancy yang berbasis di Amerika Serikat. "Ide jimat plastik adalah hasil dari menemukan hubungan antara lingkungan dan budaya Thailand," kata Krit Phutpim, direktur di Dots Design Studio, salah satu perusahaan di balik proyek yang diluncurkan pada pameran pekan desain di Bangkok.
Jimat Thailand dengan citra Buddhis sangat populer di negara Asia Tenggara dan banyak yang berharap mereka akan meningkatkan spiritualitas mereka dan membawa keberuntungan.
Jimat Buddha yang diluncurkan minggu ini memiliki kata Thailand untuk "kesadaran" di bagian belakang untuk mengingatkan orang agar sadar bahwa konsumsi harian mereka tidak boleh merusak lingkungan, kata Teerachai Suppameteekulwat, pendiri perusahaan lain di balik proyek Qualy Design.
Jimat, yang telah diberkati oleh para biksu, dibagikan dengan imbalan setidaknya 1 kg sampah plastik atau minimal 100 baht atau sekitar Rp 44 ribu untuk setiap jimat dengan uang yang disalurkan ke berbagai badan amal.
Proyek ini telah menimbulkan beberapa kontroversi di media sosial, dengan pertanyaan apakah jimat harus dibuat dari bahan daur ulang.
Biasanya, jimat terbuat dari bahan seperti tulang, kayu atau logam. Mereka mungkin mengandung, misalnya, abu dari dupa yang dibakar di kuil atau rambut dari seorang biarawan yang dianggap lebih meningkatkan kekuatan pemakainya.
Bagi salah satu pengunjung pameran, gagasan untuk menggunakan bahan daur ulang sebagai penggunaan baru membuatnya tertarik pada jimat. "Saya membawa 1,8 kilogram botol plastik. Saya ingin memberikan kehidupan baru," kata pengunjung pameran berusia 33 tahun, Paramapon Suthichavengkul.