JAKARTA - Sebuah ledakan bom bunuh diri telah meluluhlantahkan sebuah masjid minoritas Syiah yang ramai di Pakistan barat laut, menewaskan sedikitnya 56 jemaah dan melukai sedikitnya 194.
Serangan mematikan itu terjadi saat salat Jumat sore di lingkungan padat di Peshawar tengah, ibu kota provinsi Khyber Pakhtunkhwa barat laut.
Mohammad Asim, juru bicara Rumah Sakit Lady Ready terdekat, membenarkan adanya korban. Dia mengatakan kepada wartawan lebih dari selusin orang di antara yang terluka berada dalam "kondisi kritis" dan jumlah korban tewas dapat meningkat.
Haroon Rashid, seorang perwira polisi senior, mengatakan kepada wartawan bahwa penyerang menyerbu masjid di Qissa Khwani Bazaar yang terkenal, menewaskan dua penjaga polisi di gerbang sebelum meledakkan rompinya di dalam aula utama yang dipenuhi ratusan jamaah.
Seorang saksi, Shayan Haider, sedang bersiap untuk memasuki masjid ketika sebuah ledakan kuat melemparkannya ke jalan.
"Saya membuka mata dan ada debu dan tubuh di mana-mana," kata surat kabar Dawn berbahasa Inggris mengutip Haider.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengutuk keras serangan itu dan mengarahkan pihak berwenang untuk memberikan perawatan mendesak yang diperlukan kepada orang-orang yang terkena dampak, kata kantornya.
Tidak ada yang segera bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi salah satu pemboman paling mematikan di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan terhadap tempat-tempat ibadah Syiah tidak jarang terjadi di Pakistan, negara yang mayoritas Muslim Sunni. Militan yang terkait dengan kelompok teroris Negara Islam dan Taliban Pakistan yang dilarang di masa lalu telah melakukan serangan serupa.
“Amerika Serikat mengutuk serangan keji dan pengecut yang menargetkan sebuah masjid di Peshawar,” kata Angela P. Aggeler, kuasa usaha kedutaan AS.
"Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada para korban dan keluarga mereka," tambahnya dalam pernyataan yang di-tweet oleh kedutaan.
Serangan hari Jumat terjadi saat pemain kriket Australia berada di Pakistan untuk mengikuti rangkaian turnamen bilateral, kunjungan pertama tim Australia ke negara Asia Selatan yang dilanda terorisme dalam 24 tahun. Pertandingan pertama antara kedua negara dimulai Jumat di kota garnisun Rawalpindi di bawah pengawasan ketat.
Negara-negara besar pemain kriket telah menghindari pengiriman tim mereka ke Pakistan sejak serangan teroris mematikan terhadap tim tamu Sri Lanka di kota timur Lahore pada tahun 2009.
Peningkatan langkah-langkah keamanan di seluruh negeri telah mendorong beberapa tim asing untuk mengunjungi negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Selandia Baru membatalkan timnya pada bulan September sebelum membuka pertandingan pertamanya di Rawalpindi, dengan alasan masalah keamanan.