• Gaya Hidup

Papeda Kuliner Khas Papua, Mitologi Sagu & Kisah Penjelmaan Manusia, Ini Resep Membuatnya

Tri Umardini | Jum'at, 18/03/2022 06:15 WIB
Papeda Kuliner Khas Papua, Mitologi Sagu & Kisah Penjelmaan Manusia, Ini Resep Membuatnya Papeda kuliner khas Papua. FOTO:MAYATRIANA PHOTOGRAPHY

JAKARTA - Papeda merupakan kuliner khas Papua, Maluku, dan beberapa daerah di Sulawesi.

Berbahan dasar sagu, makanan itu yang bertekstur menyerupai lem atau gel berwarna putih bening.

Dalam bahasa Inanwatan atau bahasa Papua, papeda disebut dengan ‘dao’.

Rasanya yang tawar membuat papeda cocok disajikan bersama dengan ikan tongkol yang dibumbui dengan kunyit atau bersama dengan kuah kuning.

Papeda juga kerap dinikmati dengan sayur yang diolah dari daun melinjo muda atau disebut dengan sayur ganemo.

Seperti dikutip dari indonesia.go.id, menurut sejarah, papeda terkenal luas dalam masyarakat adat Sentanu dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, juga Manokwari.

Makanan kenyal ini sering dihidangkan saat acara-acara penting di wilayah Papua, Maluku, dan sekitarnya. Tak heran jika Papeda menjadi salah satu warisan kuliner Nusantara yang khas.

Sebagai makanan tradisional yang khas, Papeda menyimpan riwayat sejarah.

Masyarakat adat Papua begitu menghormati sagu lebih dari sekadar makanan lezat. Suku-suku di Papua mengenal mitologi sagu dengan kisah penjelmaan manusia.

Oleh masyarakat Raja Ampat, sagu memang dianggap sebagai sesuatu yang begitu istimewa. Itulah sebabnya, saat memanen sagu mereka acap menggelar upacara khusus sebagai rasa syukur dan penghormatan akan hasil panen (sagu) yang melimpah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh keluarga di sana.

Bubur Papeda juga kerap kali muncul pada upacara adat Papua, yakni Watani Kame. Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang.

Nantinya, papeda dibagikan paling banyak kepada relasi yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.

Di Inanwatan, papeda bersama daging babi juga menjadi makanan yang wajib disajikan saat upacara kelahiran anak pertama.

Di daerah tersebut, papeda juga dimakan oleh wanita-wanita ketika proses pembuatan tattoo sebagai penahan rasa sakit.

Sedangkan di Pulau Seram, Maluku, Suku Nuaulu menyantap papeda atau di sana disebut sebagai sonar monne.

Makanan itu telah disakralkan dalam ritual perayaan masa pubertas seorang gadis. Selain itu, Suku Nuaulu dan Suku Huaulu juga melarang wanita yang sedang dalam masa haid dari memasak papeda, karena menurut mereka proses merebus sagu menjadi papeda dianggap tabu.

Masyarakat Papua, Maluku dan sekitarnya menjadikan papeda sebagai makanan pokok mereka.

Proses mengolah sagu menjadi bubur papeda membutuhkan perkakas belanga. Lalu, saat air mendidih dituangkan ke dalam saripati sagu sambil diaduk sampai mengental dan terjadi perubahan warna, yaitu dari putih menjadi bening keabu-abuan.

Pengadukan dalam proses ini harus searah sampai tekstur benar-benar merata menjadi bubur lem.

Sepasang sumpit atau dua garpu khusus digunakan untuk mengambil dan menyantap Papeda.

Caranya dengan menggulung-gulung hingga bubur papeda melingkari sumpit atau garpu, lalu diletakkan di piring dan siap disantap bersama kuah kuning. Tak perlu dikunyah, menyantap papeda dapat langsung diseruput dan ditelan.

Warisan kuliner asal Papua dan Maluku yang satu ini memiliki berbagai manfaat yang berguna bagi kesehatan tubuh.

Selain kaya serat, papeda juga rendah kolestrol dan bernutrisi. Papeda memiliki nutria esensial seperti protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, dan lain-lain.

Bahkan, rutin mengonsumsi papeda dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh, serta mengurangi risiko terjadinya kanker usus, hingga membersihkan paru-paru.

Sayangnya, makanan khas tanah Papua dan Maluku ini mulai sulit ditemukan, bahkan di daerah asalnya pun sudah mulai jarang dihidangkan sebagai makanan sehari-hari.

Tetapi, jangan sedih, karena kelezatan papeda tidak hanya terkenal di Papua dan Maluku, karena di beberapa tempat makan Jakarta juga menyuguhkan papeda.

Misalnya di kawasan Kelapa Gading ada Restoran Yougwa yang merupakan cabang dari Restoran Yougwa cabang Danau Sentani, Jayapura. Kini, Papeda juga kerap dijadikan cemilan atau jajanan yang dijajakan pedagang kaki lima.

Berikut Resep Membuat Papeda:

Bahan:
- 1 kg ikan kakap segar, bersihkan lalu balur dengan jeruk nipis
- 1 buah jeruk nipis
- 1 ikat kemangi
- 20 buah cabai rawit
- Garam
- Gula
- Merica secukupnya
- 2 batang serai, geprek
- 2 lembar daun salam
- 4 lembar daun jeruk
- Minyak untuk menumis secukupnya

Bumbu halus:
- 9 siung bawang merah
- 7 siung bawang putih
- 3 ruas kunyit
- 1 ruas jahe
- 3 buah kemiri

Bahan papeda:
- 200 gr tepung sagu tani
- 4 gelas air
- 1 iris jeruk nipis

Cara membuat:
1. Tumis bumbu beserta pelengkap, masukkan air dan cabai tunggu hingga mendidih.
2. Setelah mendidih, peras 1 buah jeruk nipis, masukkan ikan.
3. Beri gula, garam dan merica koreksi rasa, diakhir tambahkan kemangi.
4. Untuk membuat papeda, masak 3 gelas air hingga mendidih
5. Sisihkan 1 gelas air yang dicampur dengan tepung sagu, aduk hingga semua tercampur.
6. Masukkan larutan tepung ke dalam air panas, beri jeruk nipis dan aduk cepat hingga menyerupai lem.
7. Campur papeda dengan kuah kakap selagi hangat. (*)