JAKARTA - Menyimpan rahasia memang tidaklah mudah, karenanya ini merupakan salah satu sikap yang patut dipuji dan sudah seharusnya dimiliki oleh semua muslim. Seorang muslim harus dapat menjaga rahasia agar aib atau keamanan diri, orang lain, dan umat secara keseluruhan terjaga agar terwujudnya kemaslahatan yang diperintahkan agama.
Menjaga rahasia diri atau orang lain bukan berarti kita diperbolehkan untuk berbohong atau menutupi suatu kesalahan. Untuk lebih jelasnya, menjaga diri dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Pertama, Menjaga rahasia pribadi
Setiap pribadi muslim wajib menjaga rahasia dirinya sendiri demi terwujudnya kemaslahatan, yang terkait dengan merahasiakan perbuatan dosa dan maksiat. Simpan rahasia anda dengan tabir yang Allah berikan hanya untuk berdua saja, diri anda sendiri dan Allah SWT. Bertaubatlah, karenanya akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu (HR. Bukhari dan Muslim).
“Agar seseorang menjauhi perbuatan dosa dan maksiat seperti zina. Siapa yang pernah melakukannya, hendaknya dia merahasiakannya dan bertaubat kepada Allah. Karena siapa yang kesalahannya dilaporkan kepada penguasa yang sah, maka akan dihukum dengan hukum seperti dalam kitab Allah.”
Selain itu, merahasiakan juga tentang hubungan biologis suami istri. Menceritakan rahasia ini digolongkan sebagai seburuk-buruknya manusia di sisi Allah Ta’ala dalam hal kedudukannya pada hari kiamat kelak. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
“Diantara manusia yang paling bejat kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah lelaki yang mencumbui istri dan istrinya juga mencumbui suaminya, kemudian lelaki tersebut menyebarkan rahasianya itu” (HR. Muslim).
Berikutnya, merahasiakan beberapa hal secara umum demi terwujudnya kemaslahatan. Manusia diperintahkan untuk melakukan tahadduts bi ni’mah, yaitu menceritakan atau menyebut-nyebut dan memberitahukan nikmat yang diperolehnya kepada orang lain sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Ta’ala.
Namun, jika dikhawatirkan akan menimbulkan kedengkian, dan juga untuk menghindarkan kerusakan akibat kedengkian dan tipu muslihat orang lain, maka menyembunyikan nikmat tidak termasuk sikap kufur nikmat, bahkan diperintahkan.
Kedua, Menjaga rahasia orang lain
Menutupi aib berbagai macam perbuatan dosa, maksiat, dan rahasia urusan pribadi orang lain (kecuali jika dapat membawa kemudhorotan kepada khalayak ramai jika dirahasiakan). Adapun ganjaran karena menutupi aib orang lain di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak. Termasuk juga tidak menceritakan rahasia keburukan orang yang telah meninggal dunia, maka Allah SWT akan mengampuninya sebanyak 40 kali.
Ketiga, Menjaga rahasia umat keseluruhan, termasuk menjaga rahasia strategi perang
Allah Ta’ala mengingatkan kaum muslim untuk menjaga berita rahasia dari musuh-musuh Islam. Dan mengancam pelakunya telah tersesat dari jalan yang lurus.
Setelah kita mengetahui pentingnya menjaga rahasia dan ganjarannya, maka sudah seharusnya kita bersikap sami’na wa atho’na (kami mendengar, dan kami taat) sebagai sikap dasar yang harus dimiliki setiap muslim dalam perkara yang satu ini. (Kontributor :Dicky Dewata)