Pengamat: Indonesia Surplus Beras Sejak 2018

Paramitha | Rabu, 25/05/2022 10:30 WIB
Pengamat: Indonesia Surplus Beras Sejak 2018 Ilustrasi stok beras. (Foto: Humastani)

Jakarta - Peneliti Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan INDEF Rusli Abdullah mengatakan Indonesia sudah surplus beras sejak 2018. Seperti diketahui, pemerintahan Jokowi pertama 2014 hingga 2019, menteri Pertaniannya adalah Andi Amran Sulaiman.

Rusli mengatakan, Indonesia tercatat terus mengalami surplus hingga data terakhir pada 2021 mencapai 1,3 juta ton. Kondisi surplus beras ini pun menurutnya telah dikonfirmasi secara alami dengan tidak adanya gejolak yang signifikan terhadap kondisi harga beras di dalam negeri.

"Secara nasional kan kita sudah surplus beras, 2018, 2019, 2020, 2021, ditandai juga dengan tidak adanya gejolak harga beras kan," kata Rusli.

Apalagi data stok beras, khususnya data produksi juga saat ini sudah lebih akurat dengan adanya metode Kerangka Sampel Area (KSA).

"Jadi sejak adanya data beras yang lebih akurat, di kita itu beras itu datanya sudah lebih valid, sehingga kita tahu kapan kita surplus atau tidak, ternyata surplus," ucap Rusli.

Sebagai informasi, di 2018, Menteri Pertanian yang saat itu dijabat Andi Amran Sulaiman. Kerja keras dan gebrakan swasembada beras yang dicanangkan Andi Amran Sulaiman telah menuai hasil dan dilanjutkan dengan konsisten oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) sehingga hasil bisa dinikmati hari ini.

Diketahui, surplus beras sebenarnya telah tercapai sejak 2017, di 2018 surplus beras tercatat sebesar 4,37 juta ton, tapi muncul kebijakan untuk tetap mengimpor beras dan menimbulkan polemik. Dengan tegas Andi Amran Sulaiman saat itu menolak keras adanya impor. Di tahun 2019 tercatat surplus beras mencapai 2.38 juta ton dan 2020, Indonesia masih surplus beras hingga 1.97 juta ton.

Upaya pencapaian swasembada merupakan langkah simultan yang dilakukan Kementan. Kementerian Pertanian di tahun 2015 merehabilitasi jaringan irigasi tersier lebih dari 2,4 juta hektar, menyediakan lebih dari 80 ribu unit dan benih padi 2,7 juta hektar. Kementan juga melakukan mekanisasi produksi.

Demikian juga dengan produksi jagung yang hanya dalam kurun waktu 3 tahun, Andi Amran Sulaiman mampu membalikkan kondisi dari Indonesia sebagai negara pengimpor jagung menjadi negara pengekspor jagung.

Sementara itu, pengamat politik dan kebijakan publik, Muhammad Saiful mengatakan kerja keras mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memang sudah bisa diprediksi akan membuahkan hasil yang cemerlang.

Hal ini ditandai dengan adanya kekaguman dunia internasional terhadap pembangunan pertanian Indonesia serta sangat mengapresiasi hasil kerja Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Andi Amran saat itu.

Bahkan negara-negara anggota Food and Agriculture (FAO) atau Badan Pangan Internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa terpukau oleh progresifnya laju pembangunan pertanian Indonesia.

“Pengakuan dunia internasional ini merupakan hasil kerja yang progresif dan militansi yang tinggi sepanjang 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK di sektor pertanian. Seingat saya, baru kali itu sejak era reformasi, pertanian Indonesia mendapat ‘applause’ dari dunia”, kata peneliti dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik (PKPK), Selasa (24/5/2022)

Menurut Saiful, semua apresiasi terhadap capaian tersebut tidak lepas dari cara kepemimpinan Menteri Amran saat itu dalam melakukan terobosan kebijakan di sektor pertanian.

“Kata kuncinya, gaya kerja yang radikal dari Mentan, seperti yang pernah diungkapkan rektor IPB dulu, menjadikan pertanian Indonesia sangat dinamis dengan lompatan-lompatan positif”, imbuhnya.

Apresiasi ini, kata Saiful, menjadi modal kuat bagi Kementan untuk terus berupaya mempercepat laju pembangunan pertanian Indonesia dengan titik tumpu kesejahteraan petani.

“Pembangunan pertanian Indonesia di bawah kepemimpinan Menteri Amran sudah ‘on the track’. Dunia mengakui itu dan hasil kerja keras ini layak diberi apresiasi”, pungkasnya.