JAKARTA - Dalam salah satu tindakan legislatif pertamanya, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr yang baru dilantik telah memveto RUU yang disponsori oleh saudara perempuannya sendiri, Imee Marcos. Dia merupakan anggota parlemen yang mengusulkan untuk menciptakan zona ekonomi khusus di utara ibukota, kantor kepresidenan mengatakan pada hari Sabtu.
Marcos, 64, yang menjabat pada 30 Juni setelah memenangkan pemilihan Mei dengan telak, telah mewarisi lebih dari $200 miliar utang pemerintah yang didorong oleh respons pandemi pendahulunya dan dampaknya terhadap ekonomi.
"Kehati-hatian fiskal harus dilakukan terutama pada saat sumber daya langka dan kebutuhan melimpah," kata Marcos dalam sebuah surat pada hari Jumat yang ditujukan kepada Kongres.
Menciptakan zona ekonomi khusus baru, yang menawarkan tunjangan pajak yang panjang dan luas kepada investor, akan menimbulkan "risiko keuangan yang substansial bagi negara", kata Marcos.
Pada bulan Mei, majelis tinggi kongres mengesahkan RUU yang menciptakan zona ekonomi khusus di provinsi Bulacan. Hal itu ditulis oleh Senator Imee Marcos, salah satu dari banyak sekutu politik presiden di Kongres.
Senator Marcos tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Zona ekonomi khusus akan mencakup proyek bandara internasional senilai $15 miliar dari konglomerat San Miguel Corp (SMC.PS). Bandara internasional akan dirancang untuk menangani 100 juta penumpang setiap tahun, dibandingkan dengan 31 juta kapasitas gerbang utama yang ada di Manila.
Marcos, putra penguasa Filipina yang digulingkan dalam pemberontakan rakyat 36 tahun lalu, dilantik sebagai presiden negara itu pada Kamis, berjanji untuk memperjuangkan persatuan dan masa depan yang lebih baik sambil memuji warisan mendiang ayahnya.