• News

50 Tahun di Penangkaran, Lolita Si Paus Pembunuh Akhirnya Kembali ke Laut Lepas

Tri Umardini | Rabu, 17/08/2022 10:01 WIB
50 Tahun di Penangkaran, Lolita Si Paus Pembunuh Akhirnya Kembali ke Laut Lepas Lolita si paus pembunuh dirilis ke laut lepas setelah 50 tahun berada di penangkaran Miami Seaquarium. (FOTO: AFP)

JAKARTA - Lolita, si paus pembunuh (orca whale atau killer whale) akhirnya kembali ke laut lepas dan kemungkinan bersatu kembali dengan ibunya.

Selama 50 tahun, Lolita atau yang dikenal juga dengan nama Tokitae atau Toki berada dalam penangkaran di Miami Seaquarium sejak tahun 1970. Pelepasan ini merupakan upaya dari para aktivis lingkungan.

Menurut The Guardian, sejak tahun 1970, orca berusia 56 tahun telah tinggal dan tampil di apa yang digambarkan sebagai tangki terkecil untuk penangkaran paus pembunuh di Amerika Utara.

Aktivis berupaya melapaskan Lolita selama beberapa dekade namun tak berhasil.

Menurut The Guardian, Lolita ditangkap dari alam liar dan diangkut ke Miami Seaquarium pada tahun 1970. Ia menjadi bintang pertunjukan di Miami Seaquarium.

Selama bertahun-tahun, kesehatan Lolita mengalami pasang surut. Namun, para ahli telah menggambarkan paus geriatri itu dalam "kondisi yang sangat baik," tambah surat kabar itu, setelah hidup lebih lama dari teman satu tangkinya, Hugo.

Hugo meninggal karena aneurisma otak pada tahun 1980 setelah berulang kali membenturkan kepala di kandangnya.

"Dia adalah keajaiban setiap hari," ujar Howard Garrett, seorang peneliti paus dan aktivis Orca Network yang telah berjuang untuk pembebasan Lolita sejak 1995, mengatakan kepada The Guardian.

"Ini bertentangan dengan segala kemungkinan bahwa dia masih hidup. Saya pikir ini tentang kesehatan mentalnya yang menjaga kesehatan fisiknya dalam kondisi yang baik."

Dia melanjutkan, "Dia tidak menarik diri, neurotik, bukan perilaku stereotip yang menunjukkan segala jenis kerusakan otak yang terkait dengan berada di penangkaran. Dia mungkin benar-benar berbeda dalam kemampuannya untuk tetap sehat."

Sebuah laporan dari USDA yang dirilis tahun lalu mengkritik perawatan Miami Seaquarium terhadap hewan tersebut, dengan alasan bahwa dia diberi makan kurang dari jumlah yang disarankan dan tidak mendapatkan cukup air.

"AV (dokter hewan yang merawat) juga khawatir bahwa Toki tidak mendapatkan cukup air (karena mamalia laut mengekstrak air dari ikan untuk kebutuhan hidrasi mereka) dan bahwa kurangnya volume makanan akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahannya," demikian pernyataan menurut laporan itu.

Ia melanjutkan, "AV juga memiliki kekhawatiran dengan Kurator Pelatihan yang mendikte penggabungan renang cepat dan lompatan besar ke dalam sesi pelatihan dan pertunjukan untuk paus geriatri ini. Pemeriksaan darah Toki tidak normal dan AV percaya bahwa perilaku ini dapat mengakibatkan kelelahan dan Toki menjadi terengah-engah, yang sebenarnya diamati oleh pelatih senior dan AV.

AV juga mendiagnosis bahwa Toki telah memukul rahang bawahnya, kemungkinan di flume/sekat bawah saat berenang cepat.

Catatan medis Toki menunjukkan cedera pada rahang bawahnya pada 25 Februari, 10 Maret, 31 Maret, 6 April, dan 7 tahun 2021.

Temuan laporan tersebut, ditambah dengan fakta bahwa pemilik baru fasilitas itu terbuka untuk kemungkinan melepaskan paus, membuat para aktivis optimis tentang kembalinya Lolita ke perairan terbuka.

Kendati mengembalikan Lolita ke habitat aslinya bukan tanpa risiko, dia bisa segera bertemu kembali dengan ibunya, seekor paus berusia 93 tahun yang dikenal sebagai L25 atau "Ocean Sun," menurut Newsweek.

Di Laut Salish, mamalia tua itu dilaporkan masih berkeliaran di perairan dekat Puget Sound di Pacific Northwest, memimpin sekelompok paus pembunuh. (*)