JAKARTA - Nabi Nuh `Alaihissalam memiliki sifat terpuji dan perilaku yang baik diantaranya sabar, tidak mudah berputus asa dan lembut dalam berdakwah kepada kaumnya.
Meski kebanyakan kaum nabi Nuh `Alaihissalam tidak mau menerima ajakannya, bahkan mereka menantang untuk disegerakan azabnya. Nabi Nuh `Alaihissalam tetap bersemangat dan berharap akan ada yang mau percaya diantara mereka. Hasilnya sekitar 70 orang yang mau mengikuti dakwahnya dengan tambahan delapan anggota keluarganya.
Konon, dikisahkan saat kaum nabi Nuh `alaihissalam tidak mau menerima dakwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengazab mereka dengan kemarau yang panjang menyebabkan kekeringan hingga tidak ada lagi binatang ternak dan tanaman yang hidup. Juga tidak ada lagi yang memiliki keturunan karena kaum wanitanya dijadikan mandul. Azab itu berlangsung selama 40 tahun. Akhirnya mereka meminta pertolongan nabi Nuh `Alaihissalam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan jawaban nabi Nuh `Alaihissalam atas kesulitan yang dialami kaumnya tersebut, sebagaimana di dalam Al-Qur’an surah Nuh ayat 10-12.
“Maka aku (nabi Nuh) katakan, ‘minta ampunlah kalian kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Ia maha pengampun. Maka Dia akan menurunkan hujan yang deras dari langit kepada kalian. Dan Ia akan menganugerahkan kepada kalian harta dan anak-anak, serta menjadikan bagi kalian kebun-kebun dan sungai-sungai.”
Para ulama menyimpulkan bahwa istighfar merupakan sebab terbesar diturunkannya hujan dan diperolehnya berbagai macam rezeki serta bertambah dan berkembangnya keberkahan.
Setelah sekian lama, nabi Nuh `Alaihissalam pun bermunajad kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengadukan kaumnya yang semakin ingkar dan menolak dakwah yang disampaikan.
Sebagaimana disebutkan dalam surah Hud ayat 37, maka Allah Subhanahu wa Ta`ala memerintahkan nabi Nuh `Alaihissalam untuk membuat kapal, dan Allah Subhanahu wa Ta`ala mengajarkan cara membuatnya dengan baik. Allah Subhanahu wa Ta`ala juga memberitahukan bahwa kaum nabi Nuh yang ingkar akan ditenggelamkan.
Setiap kali, orang-orang kafir melewati nabi Nuh `Alaihissalam dan pengikutnya, mereka menghina karena nabi Nuh `Alaihissalam membuat kapal besar tersebut di gurun sahara yang tidak ada sungai maupun laut.
Adapun maksud Nabi Nuh `Alaihissalam membuatnya adalah untuk menyelamatkan diri dan pengikutnya dari azab yang akan Allah Subhanahu wa Ta`ala timpakan kepada mereka yang ingkar.
Nabi Nuh `Alaihissalam, semua pengikutnya dan berbagai jenis hewan segera menaiki kapal yang sudah selesai dibuat tersebut.
Setelah penumpang terakhir telah berada di atas kapal, maka tibalah azab Allah Subhanahu wa Ta`ala berupa banjir besar. Kisah banjir bandang disebutkan dalam beberapa ayat di surah Nuh dan surah Hud.
Semoga kisah ini dapat mengokohkan keislaman dan keimanan dalam diri kita. (Kontributor : Dicky Dewata)