JAKARTA - Umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Kandang atau Hari Tumpek Uye pada 27 Agustus 2022.
Hari ini dirayakan setiap enam bulan sekali pada hari Sabtu Kliwon Wuku Uye menurut perhitungan kalender Bali-Jawa.
Pada hari ini, umat Hindu menghaturkan persembahan pada Sang Hyang Rare Angon sebagai manifestasi dari Dewa Siwa yang merupakan penguasa dan penjaga semua hewan.
Persembahan ini diberikan dengan tujuan untuk meminta keselamatan pada semua hewan peliharaan dan ternak agar bisa bermanfaat dan hasilnya melimpah, serta sesuai dengan harapan pemiliknya.
Dikutip dari sejarahharirayahindu, Tumpek Kandang (Tumpek Uye) adalah upacara selamatan kepada sarwa beburon atau hewan - hewan piaraan yang dirayakan setiap hari Sabtu kliwon wuku uye, yaitu upacara untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manisfestasinya sebagai Sang Hyang Rare Angon, pencipta dan pemelihara binatang) sebagaimana dijelaskan dalam dalam sumber kutipan: Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri Hita Karana.
Dalam sebuah lontar Hindu, upacara Tumpek Kandang ini disebutkan merupakan ritus yang menghaturkan selamatan kepada hewan-hewan piaraan yang mana pada hakikatnya hal tersebut merupakan bentuk pemujaan kepada Tuhan, Rare Angon dan Siwa.
Hal itu menggambarkan bahwa ajaran agama ini begitu menjunjung tinggi harkat kehidupan makhluk lainnya selain manusia.
Hewan, tumbuhan dan segala yang menyusun alam semesta ini merupakan pihak-pihak yang saling berdampingan dengan manusia sehingga hubungan yang kondusif dan konstruktif mesti terus dipertahankan.
Dalam ajaran-ajaran Hindu, seluruh umat diajarkan untuk senantiasa menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan berbagai makhluk hidup yang lainnya supaya keseimbangan dan hubungan timbal balik diantara semua makhluk yang mengisi semesta bisa berjalan dengan baik.
Karena sejatinya, semua makhluk hidup yang ada di dunia fana ini memiliki nyawa yang diberikan/ dianugerahkan Tuhan.
Sehingga dalam doa yang senantiasa dilantunkan oleh umat Hindu yang beriman dalam kesehariannya ialah berbunyi: “Semoga semua makhluk yang hidup diberikan kesejahteraan”.
Bunyi doa tersebut bersifat universal untuk menjaga keseimbangan jagat raya dan seluruh isinya.
Upacara Tumpek Kandang ini memiliki urgensi yang sangat penting dalam konteks kehidupan masyarakat Bali yang mayoritas menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian.
Beberapa hewan ternak semisal sapi dan kerbau sangat bermanfaat untuk membantu para petani dalam membajak sawahnya.
Sapi dan kerbau tersebut telah menganggap manusia sebagai bosnya, sehingga segala apapun yang diperintahkannya akan dituruti dengan sebaik-baiknya termasuk sekalipun harus membajak sawah.
Tak hanya tenaganya yang diperas, sapi juga banyak dimanfaatkan bagian tubuhnya semisal disantap dagingnya dan juga dimanfaatkan susunya yang mengandung banyak gizi.
Disebutkan pula bahwa, Rsi Markandeya mengenalkan pertama kali hari Tumpek Kandang ini bertujuan untuk mohon keselamatan pada Hyang Widhi, yang digelari Rare Angon.
Untuk bebanten bagi binatang-binatang pada hari suci Tumpek Kandang – penghormatan Umat Hindu terhadap binatang dalam pancayadnyabali disebutkan yaitu:
Untuk bebanten bagi sapi, kerbau, gajah, kuda, dan yang semacamnya dibuatkan bebanten: tumpeng tetebasan, panyeneng, sesayut dan canang raka.
Untuk bebanten bagi babi dan sejenisnya: Tumpeng-canang raka, penyeneng, ketipat dan belayag.
Untuk bebanten sebangsa unggas, seperti: ayam, itik, burung, angsa dan lain-lainnya dibuatkan bebanten berupa bermacam-macarn ketupat sesuai dengan nama atau unggas itu dilengkapi dengan penyeneng, tetebus dan kembang payas.
Di sanggah/merajan dilakukan pemujaan, pengastawa Sang Rare Angonyaitu dewanya ternak dengan persembahan (hayapan / widhi-widhana) berupa suci, peras, daksina, penyeneng, canang lenga wangi, burat wangi dan pesucian. (*)