JAKARTA - Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi mukjizat kepada nabi Saleh ‘Alaihissalam berupa seekor unta betina keluar dari batu sesuai tuntutan kaumnya sebagai bukti yang jelas dan dalil yang kuat terhadap kenabian Shalih `alaihissalam.
Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman mengisahkan peristiwa selanjutnya, "Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata, "Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di Bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih."" (QS. Al-A`raf [ke-7] : 73).
Surah Asy-Syu`ara` (ke-26) ayat 155 dan Al-Qamar (ke-54) ayat 28 menjelaskan, bahwa sejak itu unta betina tersebut mendapat jatah minum air sumur pada hari tertentu, sedangkan kaum Tsamud pada hari berikutnya, secara bergiliran.
Dari Ibnu Katsir rahimahullah diperoleh keterangan bahwa pada hari ketika jatah air sumur untuk diminum unta itu, maka kaum Tsamud meminum air dari persediaan mereka sebelumnya. Pendapat lain menyatakan kaum Tsamud dapat memerah susu unta tersebut sebagai gantinya saat tidak boleh menggunakan sumber air. Dikisahkan bahwa air susu unta itu mampu mencukupi kebutuhan mereka.
Setelah kurun waktu yang lama, golongan penentang nabi Saleh ‘Alaihissalam semakin geram. Selanjutnya, sembilan orang bersepakat akan membunuh unta betina itu, sebagaimana dikabarkan dalam surah An-Naml (ke-27) ayat 48.
Ibnu Katsir rahimahullah mengisahkan, ada dua perempuan yang mendorong rencana tersebut. Yang pertama bernama Shaduq binti Mahya bin Zuhair Al-Mukhtar. Dia bersedia menyerahkan dirinya untuk sepupunya, Mishra` bin Mahraj bin Mahya. Jika Mishra` berhasil membunuh unta tersebut.
Perempuan yang kedua adalah istri Dzu`ab yang bernama `Unaizah binti Ghunaim bin Mijlaz (biasa disebut Ummu Ghunmah). `Unaizah dan Dzu`ab memiliki empat anak perempuan dan menawarkan pada Qudar bin Salif untuk memilih dari keempat anaknya jika berhasil membunuh unta itu. Qudar bin Salif merupakan sosok yang dihormati, termasuk oleh para pemuka kaum Tsamud.
Untuk melaksanakan niat buruk itu, Mishra` dan Qudar mengajak tujuh orang lainnya. Pada pagi hari yang telah ditentukan, golongan penentang nabi Saleh ‘Alaihissalam berkumpul di suatu tempat yang luas menunggu kedatangan unta itu.
Pada saat unta betina tersebut lewat, maka salah seorang diantara mereka maju dan memanahnya dan mengenai betisnya sehingga unta itu jatuh tersungkur ke tanah. Qudar bin Salif segera menusukan pedangnya hingga sang unta pun mati.
"Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, "Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul."" (QS. Al-A`raf [ke-7] ayat 77).
Beberapa ulama menjelaskan bahwa saat induk unta tersebut dibunuh, anak dari unta itu lari ke bukit dan melenguh dengan kencang sebanyak tiga kali.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta`ala senantiasa memudahkan kita untuk berbuat baik dan dilindungi dari makar dan kejahatan apapun. (Kontributor : Dicky Dewata)