JAKARTA - Kota Chongqing di China melaporkan satu kasus infeksi virus cacar monyet pada hari Jumat pada seseorang yang tiba dari luar negeri, menandai infeksi cacar monyet pertama yang diketahui di daratan China di tengah wabah virus global baru-baru ini.
Risiko penularannya rendah karena individu tersebut dikarantina setibanya di Chongqing, kata komisi kesehatan kota dalam sebuah pernyataan. Semua kontak dekat telah diisolasi dan berada di bawah pengawasan medis.
Orang yang bersangkutan memasuki kota Chongqing dalam perjalanan dari luar negeri dan menunjukkan gejala seperti ruam kulit selama masa karantina mereka untuk COVID, menurut pernyataan itu.
Sekitar 90 negara di mana cacar monyet tidak endemik telah melaporkan wabah penyakit virus, yang telah dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai darurat kesehatan global. Ada lebih dari 60.000 kasus yang dikonfirmasi dan beberapa negara non-endemik telah melaporkan kematian terkait pertama mereka.
Virus cacar monyet, yang ditularkan melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, hewan atau bahan yang terkontaminasi, biasanya menyebabkan gejala yang mirip tetapi lebih ringan daripada cacar, seperti demam, sakit kepala, dan ruam.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS menyebutkan bahwa warga kulit hitam dan Hispanik di Amerika Serikat (AS) lebih berpotensi terjangkit cacar monyet namun lebih cenderung tidak divaksinasi.
Tercatat hampir 20.000 kasus kemungkinan atau terkonfirmasi cacar monyet di AS, hingga Jumat (2/9), menurut CDC. Disebutkan pula, di antara kasus-kasus dalam wabah ini, "tidak ada yang terkena dampak lebih keras daripada warga kulit hitam atau Latino/Hispanik.
Mengutip data CDC, laporan itu mengatakan hampir 38 persen kasus cacar monyet terjadi di kalangan warga kulit hitam, yang hanya mewakili 12 persen dari populasi AS, sementara warga Hispanik atau Latino yang meliputi 19 persen dari populasi nasional menyumbang 29 persen dari kasus tersebut per 27 Agustus.