JAKARTA - Sedikitnya 5.000 orang berunjuk rasa di ibu kota Moldova pada hari Minggu, menuntut pengunduran diri pemerintah dan Presiden Maia Sandu yang pro-Barat, menyalahkan mereka atas inflasi yang tinggi dan kenaikan harga energi.
Moldova membeli gasnya dari raksasa gas Rusia Gazprom (GAZP.MM) di bawah kontrak yang dibuat tahun lalu. Harga berfluktuasi setiap bulan dan dihitung dari harga spot untuk gas dan minyak tergantung pada musim. Harga spot melonjak tahun ini.
"Moldova sekarang dalam kematian klinis, yang dibawa oleh pihak berwenang saat ini," kata Dinu Turcanu, seorang politisi dari partai oposisi Ilan Shor, seorang pengusaha yang dihukum karena penipuan sehubungan dengan skandal bank senilai $ 1 miliar.
Moldova, negara bagian terkecil pasca-Soviet berpenduduk 3,5 juta orang, mengalami kesulitan ekonomi yang serius terkait dengan harga energi yang tinggi, yang biayanya telah meningkat sebesar 29% pada bulan September setelah melonjak hampir 50% pada bulan Agustus.
Negara ini telah memangkas perkiraan pertumbuhannya menjadi nol untuk tahun 2022, dirugikan oleh rekor inflasi tinggi di 34,3% dan suku bunga di 21,5%.
Perdana Menteri Natalia Gavrilita mengatakan bulan ini bahwa ekonomi Moldova diperkirakan akan mencatat pertumbuhan moderat 1,5% tahun depan.