JAKARTA - Mungkin kita pernah mendengar ada yang mengatakan lakukanlah apapun yang diinginkan karena dosa tidak bejendol (tidak nampak).
Mereka seakan tidak mensyukuri nikmat Allah ﷻ yang tidak menampakan seluruh aib dan dosa yang dilakukan anak keturunan nabi Adam. Misal ditampakan akibat dosa dengan dipenuhi benjolan pada seluruh permukaan kulit dan bau busuk yang menyengat. Betapa malunya kita.
Sebagai muslim, harusnya menyadari bahwa melakukan kemaksiatan termasuk penyebab terjadinya berbagai bencana dan penyakit.
Allah ﷻ berfirman, "Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS. Asy-Syura [ke-42] ayat 30).
Dari penjelasan Ibnu Qayim al-Jauziyah rahimahullah diketahui bahwa perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus keberkahan usia, rezeki, ilmu, dan amal.
Usia, harta, kekuatan, kedudukan, ilmu, dan amal yang merupakan milik kita sebenarnya adalah yang digunakan untuk ketaatan kepada Allah ﷻ.
Dari uraian murid Ibnu Taimiyah rahimahullah ini pula kita dapat memahami berbagai dampak dari perbuatan maksiat.
Maksiat menghalangi ilmu pengetahuan. Kemaksiatan dapat menghalangi bahkan memadamkan cahaya di dalam hati.
Berikutnya, maksiat menghalangi rezeki. Berdasarkan hadits Rasulullah ﷺ riwayat Ahmad dan Ibnu Majah rahimahullah ditegaskan bahwa, “…Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya.”
Selanjutnya, maksiat menjauhkan pelakunya dari Allah ﷻ. Pelakunya dapat merasakan kegelisahan dan kehampaan jiwa.
Perbuatan maksiat juga menghalangi pelakunya dari ketaatan. Bahkan berdampak memperpendek umur dan menghilangkan keberkahan.
Kehidupan itu semestinya diisi dengan ketaatan, ibadah, cinta dan dzikir kepada-Nya semata. Itu semua dapat mendatangkan keridhaan Allah ﷻ.
Dampak maksiat dapat menumbuhkan bentuk kemaksiatan lainnya. Jika pelakunya terlena dapat menjadi kebiasaan buruk untuknya.
Dampak yang juga harus diwaspadai adalah matinya hati dari kehendak berbuat baik dan bertobat. Inilah yang akan menjadi penyakit hati terbesar.
Kemudian, pelaku maksiat dapat dijauhkan dan dikucilkan orang lain. Maka berbagai manfaat dari orang yang baik pun terhalangi. Bukan itu saja, maksiat akan menyulitkan seluruh urusannya. Hanya dengan ketakwaan maka segala urusan dapat dihadapi dengan mudah.
Atsar dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menguatkan tentang hal ini. “…Perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rizki dan kebencian mahluk.”
Selain itu, maksiat akan menyebabkan hati dan tubuh menjadi lemah. Seorang mukmin memiliki kekuatan tubuh yang terpancar dari kekuatan hatinya.
Sejarah telah membuktikan kekuatan kaum muslimin yang mampu mengalahkan dua imperium besar dari bangsa Persia dan Romawi.
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. (Kontributor : Dicky Dewata)