JAKARTA - Problema stunting atau tengkes pada anak-anak perlu mendapat perhatian serius. Dipicu oleh tiga penyebab utama, stunting bisa mengakibatkan penurunan kecerdasan otak.
Pandangan tersebut disampaikan oleh Medical Science Director Danone Indonesia, DR.dr.Ray Wagiu Basrowi, MKK, dalam workshop Cyber Media Forum dengan tema Keterkaitan Antara Nutrisi dan Kasus Stunting di Indonesia. Workshop hasil kerja sama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Danone Indonesia tersebut digelar secara virtual, dan diikuti awak media dari seluruh Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Ketiga penyebab tersebut adalah pola makan, pola asuh dan sanitasi.
"Pola makan yang tidak teratur mengakibatkan anak mengalami kekurangan asupan protein dan sumber energi dalam waktu yang cukup lama, " kata Ray.
Penyebab selanjutnya adalah pola asuh yang kurang baik. Ray menilai, pola asuh kurang baik tersebut terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan kepada anak.
Penyebab berikutnya adalah sanitasi. Ray berpandangan, sanitasi juga berperan penting dalam pencegahan tengkes. Sanitasi yang baik juga bisa membebaskan anak dari penyakit infeksi.
Untuk mendeteksi stunting secara dini, tambah Ray, bisa dilihat dari panjang atau tinggi badan anak. Menurut dia, tinggi dan berat badan anak stunting kurang dibandingkan dengan umurnya.
Kasus stunting, tambah Ray, harus mendapat penanganan serius karena bisa berdampak pada penurunan kecerdasan otak anak. Hal ini dipicu oleh faktor kekurangan gizi.
"Artinya, kekurangan gizi tidak hanya berdampak penurunan berat badan, tetapi juga berkurangnya asupan energi ke otak," ujar Ray.
Menurut dia, otak merupakan organ yang sangat sensitif. Pembentukan organ ini dimulai pada dua tahun pertama pertumbuhan anak, dimana pencapaiannya sekitar 80 persen. Pembentukan terus berlangsung hingga mencapai 95 persen, dan akan berhenti sampai anak mencapai usia balita. Periode ini disebut gold period atau periode emas.
"Selama periode tersebut, otak membutuhkan zat gizi komplit. Ketika periode itu tidak mendapat asupan gizi yang cukup, tubuh tidak mendapatkan kalori, sehingga diambil dari deposit. Ketika masukan gizi dari luar tidak ada dan deposit juga tidak cukup, akhirnya otak menjadi korban," paparnya.
Intervensi
Ray menekankan tentang pentingnya upaya intervensi dalam penanganan kasus stunting. Intervensi dalam bentuk pemberian gizi secara spesifik tersebut bisa dilakukan sebelum anak stunting berusia lima tahun.
Tindakan pada fase usia tersebut, menurut Ray, bisa memberikan kesembuhan total. Sebaliknya, jika usia anak melebihi lima tahun, maka kasus stunting susah disembuhkan. Kalaupun sembuh, menurut Ray, maka akan ada masalah dengan kemampuan kognitif anak.
Menurut Ray, anak masih bisa sekolah, tetapi kemampuan sosialnya kurang baik. Bahkan, ketika memasuki dunia kerja, maka kinerjanya akan kurang bagus.
Pada bagian lain, Ray menyatakan, mayoritas penderita tengkes berasal dari keluarga, dengan sosial ekonomi rendah. Mereka juga rata-rata berasal dari daerah pedalaman.