JAKARTA - Pengadilan Iran harus mengambil tindakan keras terhadap pengunjuk rasa dan siapa pun yang berpikir penguasa negara itu akan jatuh sedang bermimpi, kata seorang ulama senior.
Republik Islam telah dicekam oleh demonstrasi yang meletus setelah kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun dalam tahanan polisi bulan lalu.
"Pengadilan harus menangani para perusuh - yang mengkhianati bangsa dan menuangkan air ke kincir air musuh - sedemikian rupa sehingga orang lain tidak lagi suka membuat kerusuhan," kata ulama garis keras Ahmad Khatami dalam khotbah salat Jumat di Teheran, Iran, Jumat (21/10/2022).
"Mereka telah memberitahu anak-anak yang tertipu jika mereka tinggal di jalanan selama seminggu rezim akan jatuh. Bermimpilah!"
Iran menyalahkan "preman" yang terkait dengan "musuh asing" atas kerusuhan itu.
Protes nasional telah berubah menjadi salah satu tantangan paling berani bagi penguasa ulama Iran sejak revolusi 1979.
Para pengunjuk rasa telah menyerukan kejatuhan Republik Islam, meskipun protes tampaknya tidak akan menggulingkan sistem.
Seperti dilansir dari kantor berita resmi IRNA yang dikutip Reuteurs, Kepala polisi provinsi, Ahmad Taheri mengatakan, polisi menangkap sedikitnya 57 "perusuh" setelah pengunjuk rasa melemparkan batu dan menyerang bank di kota Zahedan.
Zahedan adalah ibu kota provinsi bergolak di tenggara Sistan-Baluchistan yang merupakan rumah bagi minoritas Baluchi Iran.
Amnesty International mengatakan pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 66 orang dalam tindakan keras setelah salat Jumat di Zahedan pada 30 September.
Video yang diposting di media sosial dimaksudkan untuk menunjukkan para demonstran di Zahedan meneriakkan "Matilah diktator", mengacu pada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dan "Matilah Basijis", mengacu pada milisi Basij yang telah banyak digunakan untuk menindak protes.
Reuters tidak dapat memverifikasi video secara independen.
Ketika protes berlanjut di beberapa kota, situs web aktivis 1500tasvir memposting video yang katanya menunjukkan demonstrasi di pusat kota Isfahan dan rekaman yang dimaksudkan untuk menunjukkan pengunjuk rasa menyalakan api di jalan-jalan kota barat laut Mahabad pada Kamis (20/10/2022) malam.
Video protes telah ditunda karena pembatasan internet yang diberlakukan di Iran oleh pihak berwenang, kata para aktivis.
Kantor berita aktivis HRANA mengatakan dalam sebuah posting bahwa 244 pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan itu, termasuk 32 anak di bawah umur.
Dikatakan 28 anggota pasukan keamanan tewas dan lebih dari 12.500 orang telah ditangkap pada Kamis kemarin dalam protes di 114 kota dan sekitar 81 universitas. (*)