JAKARTA - Presiden Bolivia Luis Arce mengatakan pada hari Senin bahwa dia berharap presiden baru Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, akan membantu meningkatkan hubungan diplomatik dan menjelaskan masalah yang menimbulkan kontroversi selama mandat mantan Presiden Jair Bolsonaro.
Berbicara di televisi Senin malam, Arce mengatakan dia berharap Lula, yang menjabat untuk ketiga kalinya pada Minggu, akan membantu menjelaskan kontrak gas antara negara-negara yang oleh politisi Bolivia disebut merugikan, serta "perilaku" Bolsonaro selama krisis politik di Bolivia pada tahun 2019.
"Ada banyak hal yang membutuhkan penjelasan dari pemerintah Brasil," kata Arce kepada penyiar Telesur. "Dengan hubungan baru ini, kami berharap semua informasi yang diselidiki di Bolivia ini dapat mengalir dari Brasil," katanya.
Arce menunjuk pada dugaan dukungan politikus sayap kanan Bolsonaro untuk pengunduran diri mantan presiden sayap kiri Evo Morales pada 2019. Pendukung Morales menyebut peristiwa itu sebagai kudeta, dan Bolivia sekarang menghadapi protes setelah penangkapan seorang gubernur oposisi di kaitannya dengan kejadian tersebut.
Ketika Morales meninggalkan pemerintahan, Bolsonaro men-tweet "hari yang menyenangkan".
Seperti Lula, Morales telah menjadi bagian dari gelombang kiri yang mendominasi politik Amerika Latin pada awal abad ini.
Mengenai kontrak gas alam, pemerintah Arce mengatakan pada bulan Mei Bolivia mencari harga yang lebih tinggi untuk gas alam yang dijual ke Petrobras Brasil (PETR4.SA), mengklaim kontrak saat ini dengan perusahaan minyak milik negara menghasilkan kerugian besar.
Lula menjabat dengan janji untuk "memperbaiki" hubungan diplomatik.