JAKARTA - Lebih dari 4.000 anak dilecehkan oleh para pemuka agama dari Gereja Katolik Portugal. Paus Fransiskus diminta serius untuk menangani hal tersebut.
Sebuah komisi yang menyelidiki masalah tersebut mengatakan 77 persen pelakunya adalah pendeta, dan sebagian besar korban adalah laki-laki.
Gereja Katolik Portugis melakukan pelecehan seksual terhadap setidaknya 4.815 anak sejak tahun 1950, sebuah laporan baru menemukan fakta tersebut.
Komisi yang menyelidiki masalah tersebut mengatakan pada hari Senin (13/2/2023) bahwa 77 persen pelakunya adalah pendeta dan sebagian besar korban adalah laki-laki.
“(Kami ingin) memberikan penghormatan yang tulus kepada mereka yang menjadi korban pelecehan selama masa kanak-kanak mereka dan berani memberikan suara untuk diam,” kata kepala komisi dan psikiater anak Pedro Strecht.
“Mereka lebih dari sekadar statistik.”
Di antara lokasi lain, Strecht mengatakan anak-anak itu dilecehkan di sekolah Katolik, rumah pendeta, dan kamar pengakuan dosa.
Pada bulan Oktober, para ahli yang mengerjakan laporan tersebut mengatakan telah mencatat 424 akun sah dari korban yang diduga.
Mereka memperingatkan bahwa kesaksian mereka mengindikasikan jumlah korban “jauh lebih besar”.
Laporan tersebut menemukan “situasi serius yang bertahan selama beberapa dekade … dan dalam beberapa kasus mencapai proporsi epidemi”.
Ribuan laporan pedofilia dengan Gereja semakin mengemuka di seluruh dunia, memberi tekanan lebih besar pada Paus Fransiskus untuk menangani masalah ini.
Penyelidikan independen Portugal, yang ditugaskan oleh Gereja, mulai mengerjakan laporannya tahun lalu setelah penyelidikan di Prancis mengungkapkan bahwa sekitar 3.000 pendeta dan pejabat agama melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200.000 anak.
Tuduhan datang dari orang-orang dari berbagai latar belakang dan negara serta warga negara Portugis yang tinggal di negara lain.
Paus Fransiskus, yang diperkirakan akan mengunjungi Lisboa pada bulan Agustus, dapat bertemu dengan beberapa korban yang diduga, kata uskup pembantu Lisboa, Americo Aguiar, baru-baru ini. (*)