JAKARTA - Filipina dan Amerika Serikat tahun ini akan melakukan latihan militer bersama terbesar mereka sejak 2015, kata panglima militer Manila pada hari Rabu. Latar belakang letihan besar ini adalah meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan.
Latihan tersebut menggarisbawahi peningkatan hubungan dengan Amerika Serikat di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr., dan terjadi ketika Filipina mengutuk tindakan "agresif" China di jalur air yang disengketakan, termasuk penggunaan "laser tingkat militer" terhadap salah satu kapal Manila sebelumnya. bulan.
Latihan `Balikatan` tahunan akan dilakukan pada kuartal kedua dan melibatkan lebih dari 8.900 tentara tahun sebelumnya, kata Panglima Angkatan Darat Romeo Brawner kepada wartawan.
"Semua latihan yang kami lakukan adalah untuk menanggapi semua jenis ancaman yang mungkin kita hadapi di masa depan, baik buatan manusia maupun alam," kata Brawner.
Presiden Marcos pada hari Selasa memanggil duta besar China untuk menyatakan "keprihatinan serius" atas intensitas dan frekuensi aktivitas China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh China sebagai wilayahnya.
Penggunaan laser China terhadap kapal Filipina pada 6 Februari, yang menurut kementerian luar negerinya adalah legal, telah memicu ekspresi keprihatinan dan dukungan dari Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.
"Washington akan melipatgandakan upayanya dengan sekutu Filipina kami untuk meningkatkan kemampuan pertahanan militer dan penjaga pantai Filipina saat kami bekerja bahu-membahu untuk menegakkan tatanan internasional berbasis aturan," kata juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder di Twitter.
Filipina telah memberi Washington akses yang lebih besar ke pangkalan militernya sebagai bagian dari upaya yang terakhir untuk mencegah peningkatan ketegasan China di Laut China Selatan dan ketegangan atas Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Pada 2015, lebih dari 11.000 tentara dari kedua negara berpartisipasi dalam latihan militer gabungan tersebut.
“Latihan tersebut akan melibatkan banyak sekali kegiatan, tidak hanya berfokus pada pengembangan kemampuan perang kedua angkatan bersenjata, tetapi juga peran non-tradisional lainnya seperti bantuan kemanusiaan dan tanggap bencana,” kata Brawner.