JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memulai proyek rumah kaca besar dan pengembangan 10.000 apartemen. Media pemerintah melaporkan pada hari Kamis, menyoroti proyek konstruksi di tengah kecurigaan asing akan kekurangan pangan negara itu.
Negara tetangga Korea Selatan mengatakan pada hari Rabu bahwa krisis pangan tampaknya memburuk di Korea Utara, dan surat kabar DongA Ibo Selatan melaporkan bahwa Korea Utara telah memotong jatah untuk tentaranya untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade.
Korea Utara belum mengkonfirmasi adanya kekurangan pangan. Tetapi partainya yang berkuasa telah menjadwalkan pertemuan pada akhir Februari untuk apa yang dikatakan media pemerintah sebagai "tugas yang sangat penting dan mendesak untuk menetapkan strategi yang tepat untuk pengembangan pertanian".
Kantor berita Korut KCNA dalam laporannya tentang upacara peletakan batu pertama di ibu kota, Pyongyang, mengutip seorang pejabat yang mengatakan pembangunan rumah kaca akan menjadi model untuk mengatasi "kesulitan saat ini".
Kehadiran Kim di acara itu, menurut KCNA, menunjukkan "perjalanan tanpa henti dari pengabdiannya kepada rakyat untuk membangun negara berkembang yang sangat beradab, surga sosialis di tanah ini yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan rakyat".
Pembangunan perumahan, sementara itu, akan menjadi "jalan sosialisme mewah lainnya yang penuh dengan kebahagiaan rakyat", kata KCNA dalam laporan terpisah.
Negara yang terisolasi itu berada di bawah sanksi internasional yang ketat atas program senjata nuklir dan rudal balistiknya dan dalam beberapa tahun terakhir perdagangan perbatasannya yang terbatas hampir terhenti oleh penguncian yang dilakukan sendiri untuk mencegah COVID-19.
Dalam beberapa bulan terakhir Korea Utara telah membuka kembali layanan kereta barang dengan China dan Rusia. Pada hari Kamis, surat kabar Nikkei Jepang melaporkan bahwa truk juga mulai melintasi antara kota Hunchun di China dan Rason Korea Utara.
Ditanya tentang dimulainya kembali pengangkutan barang melalui truk di penyeberangan perbatasan Hunchun-Rason, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan dia tidak memiliki apa pun untuk ditambahkan ke posisi China tentang dimulainya kembali perdagangan.
“Kedua belah pihak akan menyelesaikan melalui konsultasi hal-hal yang berkaitan dengan kerja sama pelabuhan perbatasan, sesuai dengan perjanjian pelabuhan bilateral dan pakta lain yang berkaitan dengan perbatasan,” katanya dalam pengarahan reguler.