JAKARTA - Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik) yang telah dilaunching Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi salah satu solusi menjaga produktivitas tetap meningkat di tengah bayang-bayang krisis pangan dunia dan harga pupuk serta pestisida yang mahal.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menjelaskan, salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian di Indonesia adalah ketersediaan dan kecukupan pupuk anorganik.
"Sampai saat ini, untuk memenuhi ketersediaan dan kecukupan pupuk organik sangat sulit dan mahal karena beberapa bahan bakunya masih tergantung impor dari negara lain," kata Syahrul.
Seperti diketahui bahwa di antara tempat bahan baku maupun produksi pupuk adalah Rusia dan Ukraina yang sedang berperang. Sebab itu, Kementan, mendorong para petani menggunakan pupuk organik dan hayati secara mandiri dan masif.
"Gerakan ini tidak berarti meninggalkan penggunaan pupuk anorganik sepenuhnya, melainkan boleh menggunakan pupuk kimia dengan ketentuan tidak berlebihan atau menggunakan konsep pemupukan berimbang," tutur Syahrul.
Dia berharap melalui Genta Organik, kebutuhan pangan tetap terjaga dan berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penghasil devisa negara, sumber pendapatan utama rumah tangga petani, dan penyedia lapangan kerja.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat Pers Conference menjelang pelaksanaan Pelatihan Sejuta Petani Penyuluh Vol 5 tahun 2023 mengatakan, pihaknya akan membangun 1.020 titik demplot pembuatan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah, dan pestisida alami.
"Ini akan menjadi tempat pembelajaran petani dalam mengembangkan sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami, sehingga dapat mengimplementasikan dan menerapkannya secara mandiri di lahan usaha taninya," tutur dia.
Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh sendiri saat ini menembus angka lebih dari 11 juta peserta Target peserta Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Vol. 5 ini sebanyak 1.800.000 orang, meliputi 1.761.907 petani dan insan pertanian lainnya sedangkan 38.093 berasal dari penyuluh pertanian.
Kegiatan yang direncanakan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 16 s/d 18 Maret 2023 akan dibuka langsung oleh Menteri Pertanian RI bersamaan dengan pembukaan BIMTEK Sinergitas TNI - AD dengan Kementerian Pertanian dalam rangka mendukung program Ketahanan Pangan Nasional di Gedung Jenderal M. Yusuf, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sebagai informasi, Kementan telah melatih petani dan penyuluh secara hybrid (offline dan online) sejak tahun 2020.
Tahun 2020 jumlah peserta dilatih sebanyak 986.558 peserta. Tahun 2021 jumlah peserta mencapai 2.331.530. Sedangkan di tahun 2022 Kementan melatih sebanyak 6.567.531. Sementara di awal tahun 2023 peserta yang dilatih sebanyak 319.544. Sehingga secara kumulatif sampai bulan Februari 2023, total peserta yang telah dilatih mencapai 10.205.163.
Hasil pelatihan sejak 2020 sudah dapat dirasakan oleh petani, yaitu sebanyak 546.469 orang Petani Milenial yang dibina Kementan, yang mengakses KUR sebanyak 140.158 orang dengan jumlah akad senilai Rp. 6.570.382.877.462. Tidak hanya itu, total peserta yang dilatih pada pelatihan sejuta petani dan penyuluh (purnawidya) sebanyak 6.724.637 peserta, yang mengkases KUR sebanyak 671.090 orang dengan jumlah akad Rp. 40.685.482.184.462.