Jakarta - Di kala mengalami kesulitan, banyak manusia merasa dirinya bagaikan terhimpit dan putus asa. Namun bagaimana sikap seorang hamba yang beriman tatkala menghadapi kondisi itu. Simaklah kisah berikut ini.
Musa `alaihissalam telah mendengar berita bahwa dirinya sedang dicari untuk ditangkap dan dibunuh. Maka beliau `alaihissalam segera pergi meninggalkan Mesir ke negeri Madyan. Beliau `alaihissalam berusaha menyelamatkan diri dari kejaran bala tentara Fir’aun.
Perasaan takut dan khawatir akan tertangkap, menyebabkan dirinya tidak sempat mempersiapkan bekal yang memadai untuk pelariannya tersebut. Dalam Tafsir Al-Qurthubi, bahkan dikisahkan Musa `alaihissalam pergi tanpa memakai alas kaki.
Diperoleh juga keterangan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Musa `alaihissalam berjalan meninggalkan negeri Mesir di malam hari menuju negeri Madyan. Beliau `alaihissalam hanya membawa bekal berupa sayuran dan dedaunan pohon.
Meskipun demikian, beliau `alaihissalam yakin Allah ﷻ akan selalu melindunginya. Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-28) Al-Qashash ayat 22,
"Dan ketika dia menuju ke arah negeri Madyan dia berdoa lagi, "Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar’.”
Terbayang betapa sulit dan mencekamnya situasi yang dialami beliau `alaihissalam saat itu. Musa `alaihissalam harus berjalan ke arah timur melewati Heliopholis, terus ke timur sampai di utara Teluk Aqabah turun ke selatan dari sisi timur Teluk Aqabah. Seorang diri menempuh jauhnya perjalanan melintasi gurun dan padang pasir.
Akhirnya, dengan pertolongan Allah ﷻ yang senantiasa mengawasi hamba-Nya, Musa `alaihissalam tiba di negeri Madyan. Kedua telapak kakinya melepuh, sangat keletihan dan kelaparan. Berdasarkan Tafsir Al-Qurthubi, banyak ulama mengisahkan bahwa tubuh Musa `alaihissalam sudah menghijau ketika itu. Ini disebabkan beliau `alaihissalam hanya makan dedaunan selama pelarian tersebut.
Kemudian, Musa `alaihissalam berteduh dekat sumber air negeri Madyan. Beliau melihat kerumunan lelaki penggembala sedang memberi minum ternak mereka. Beliau `alaihissalam juga menyaksikan ada dua orang wanita yang sedang menahan ternaknya agar tidak masuk ke dalam kerumunan tersebut.
Dikisahkan bapak dari kedua wanita tersebut sudah berusia lanjut. Kondisi ini menyebabkan mereka yang harus melakukan itu. Dua wanita salih ini biasanya memberi minum ternak mereka setelah para pengembala lainnya meninggalkan sumur. Itupun hanya bisa memanfaatkan sisa-sisa air yang tumpah dari sumur. Disebabkan mereka tidak kuat untuk membuka tutup sumur tersebut.
Maka Musa `alaihissalam menolong kedua wanita salih itu dengan memberi minum ternak mereka. Dalam Tafsir Al-Qurthubi, dikisahkan bahwa tutup sumur tersebut sangat berat. Dibutuhkan tujuh atau 10 lelaki muda yang kuat untuk membuka dan mengangkatnya. Berbeda dengan Musa ‘Alaihissalam, beliau mampu melakukannya sendirian dengan mudahnya.
Al-Qur’an mengabadikannya dalam surah (ke-28) Al-Qashash ayat 24,
"Maka dia (Musa) memberi minum (ternak) kedua perempuan itu, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku’.”
Allah ﷻ pun mengabulkan doanya. Maka terlepaslah beliau `alaihissalam dari kesulitan tersebut.
Semoga kita dapat memperoleh manfaat dari kisah ini. (Kontributor :Dicky Dewata)