Jakarta - Banyak orang yang memandang bencana alam sebagai fenomena alam semata. Mereka berusaha mencari jawaban secara ilmiah. Namun satu yang mendasar justru diabaikan. Semua yang terjadi itu atas perintah dan kuasa Allah Subhanahu wa ta`ala. Berikut ini dikisahkan bencana dan wabah yang datang silih berganti kepada suatu kaum di zaman lalu.
Sebagaimana yang kita ketahui, para mantan penyihir Fir’aun telah bertobat dan beriman kepada Tuhannya nabi Musa dan nabi Harun `alaihimus salam. Fir’aun pun murka atas kejadian ini. Dia menyiksa dan membunuh mereka.
Meringkas kisah, nabi Musa `alaihissalam meminta Fir’aun melepaskan perbudakan bani Israil dan mengizinkan mereka untuk ikut bersamanya pindah dari negeri Mesir. Namun, Fir’aun tidak menanggapi.
Karena melepaskan bani Israil menyebabkan bangsa Mesir akan kehilangan sumber tenaga kerja. Fir’aun dan kaumnya sudah terbiasa mengerahkan mereka untuk membangun berbagai infrastruktur dan melayani segala keperluan bangsa Mesir selama ini. Mereka menjadi buruh dengan biaya murah bahkan banyak yang diperbudak dan tidak dibayar sama sekali.
Seiring waktu berjalan, Fir’aun dan para pengikutnya semakin sombong dan melampaui batas. Maka Allah ﷻ menimpakan bencana demi bencana kepada bangsa Mesir agar mereka sadar dan beriman kembali kepada Allah. Adapun bencana yang Allah ﷻ timpakan kepada Fir’aun dan para pengikutnya sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur’an dalam surah (ke-7) Al-‘Araf ayat 133-135,
"Maka, Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, "Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji.”
Begitu parahnya azab yang menimpa bangsa Mesir. Berdasarkan Tafsir Al-Qurthubi, topan ini berupa angin kencang yang disertai hujan lebat. Namun hanya menghancurkan pemukiman Fir’aun dan kaumnya, dan sama sekali tidak menyentuh perkampungan bani Israil.
Kemudian Allah ﷻ menghujani mereka dengan belalang-belalang yang memakan tumbuhan-tumbuhan di negeri Mesir.
Selanjutnya Allah ﷻ mengirim wabah berikutnya. Kali ini makanan mereka semua dipenuhi oleh hama kutu. Persediaan makanan yang ada di seluruh gudang rusak dimakan kutu.
Semua bencana dan wabah itu datang silih berganti menimpa Fir’aun dan kaumnya, dan sama sekali tidak terjadi di perkampungan bani Israil. Setiap kali itu pula mereka meminta pertolongan nabi yang berasal dari bani Israil ini. Mereka juga selalu berjanji akan beriman dengan nabi Musa `alaihissalam dan akan membebaskan bani Israil.
Allah ﷻ mengabulkan permohonan beliau `alaihissalam dengan menghentikan bencana yang datang silih berganti tersebut. Tetapi Fir’aun, para pembesarnya dan para pengikutnya senantiasa mengingkari janji mereka. Terbayangkan kerasnya hati dan rendahnya kualitas moral mereka. Tidak ada malu berulang kali berjanji dan berulang pula mengingkarinya.
Semoga sekelumit kisah ini dapat menjadi pelajaran untuk kita. (Kontributor :Dicky Dewata)