Jakarta - Bencana alam dan wabah kerap terjadi di belahan bumi manapun. Berbagai bencana ini haruslah disikapi dengan benar. Dan janganlah peristiwa tersebut berlalu begitu saja tanpa memperoleh pelajaran dan hikmah yang diberikan Allah Subhanahu wa ta`ala. Berikut ini dikisahkan sikap suatu kaum terhadap bencana dan wabah yang datang silih berganti menimpa mereka.
Sebagaimana yang kita ketahui, Allah ﷻ telah menimpakan bencana dan wabah yang datang silih berganti kepada bangsa Mesir. Bencana dan wabah berupa topan, belalang, dan kutu itu hanya menimpa Fir’aun dan kaumnya, dan sama sekali tidak terjadi di perkampungan bani Israil. Namun, Fir’aun dan kaumnya tetap tidak mau beriman dengan Musa `alaihissalam dan semakin menindas bani Israil.
Setelah itu, Allah ﷻ mengirimkan wabah katak. Katak muncul di mana-mana, melompat ke rumah-rumah mereka dan melompat ke hidangan-hidangan mereka. Dikisahkan bahwa tidak seorang pun diantara mereka yang berani membuka mulut, karena takut katak tersebut akan lompat memasuki mulut mereka.
Terakhir, Allah ﷻ menurunkan bencana yang lebih besar dan lebih menakutkan. Sungai nil merupakan sumber air utama yang menopang kehidupan negeri Mesir. Allah ﷻ menjadikan air sungai nil dan air yang ada di sumur-sumur bangsa Mesir berubah airnya menjadi darah. Mereka pun mengambil air dari perkampungan Bani Israil yang airnya tetap jernih dan sama sekali tidak berubah. Namun sesampainya di rumah mereka masing-masing, air tersebut berubah menjadi darah.
Dalam Tafsir Ath-Thabari, dikisahkan pula bangsa Mesir mengalami musibah kekeringan dan kelaparan. Mesir dilanda musim kemarau yang panjang. Air sungai Nil menjadi menyusut, bahkan mengering. Paceklik yang ekstrim ini menyebabkan kekurangan buah-buahan, sayuran, dan bahan pangan lainnya. Sehingga kelaparan pun terjadi di wilayah Fir’aun ini.
Mereka panik, hingga mereka pun meminta tolong kepada nabi Musa `alaihissalam di setiap bencana yang dialami. Mereka juga selalu berjanji akan beriman kepada nabi Musa `alaihissalam dan akan membiarkan bani Israil pergi meninggalkan negeri Mesir bersama beliau `alaihissalam.
Setiap kali itu pula nabi yang dijuluki kalimullah ini berdoa kepada Allah ﷻ sesuai permohonan mereka. Allah ﷻ pun senantiasa mengabulkan permintaan beliau `alaihissalam dengan menghilangkan bencana yang datang silih berganti.
Namun bukannya sadar, Fir’aun malah kembali menuduh semua kondisi ini akibat kesialan yang dibawa oleh nabi yang bergelar ulul azmi ini dan para pengikut beliau `alaihissalam.
Fir’aun dan rakyatnya enggan mengakui bahwa semua bencana bertubi-tubi itu adalah azab yang menimpa mereka. Kenyataannya, mereka malah menyombangkan diri, semakin ingkar kepada Allah ﷻ dan menolak untuk menepati janji.
Semoga kita dapat menjadi hamba yang selalu bersyukur dan mengingat-Nya. (Kontributor :Dicky Dewata)