Jakarta - Allah Subhanahu wa ta`ala mengabadikan kisah nabi Musa `alaihissalam bersama kaumnya dalam banyak tempat dalam Al-Qur`an. Tujuannya agar umat nabi Muhammad ﷺ dapat mengambil pelajaran berharga dari mereka. Berikut ini akan dikisahkan tentang wafatnya nabi Musa `alaihissalam.
Allah ﷻ mengharamkan Tanah suci Baitul Maqdis bagi bani Israil selama 40 tahun. Ini merupakan hukuman atas pembangkangan mereka menolak perintaah Allah ﷻ dan rasul-Nya `alaihissalam. Selama masa itu, mereka tidak memiliki tujuan yang pasti di muka bumi. Selalu berputar-putar kebingungan. Pada rentang waktu ini, nabi Harun `alaihissalam sudah meninggal. Kemudian disusul dengan wafatnya nabi Musa `alaihissalam.
Dikisahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis yang shahih riwayat Bukhari 1339, Muslim 6297, dan yang lainnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau ﷺ mengatakan,
“Malaikat maut diutus untuk mendatangi Musa. Ketika sampai di tempatnya Musa, beliau memukul malaikat itu, sampai lepas matanya. Kemudian Malaikat ini kembali menemui Rabnya. Beliau mengadu, “Engkau mengutusku untuk menemui hamba yang tidak menghendaki kematian.”
Kemudian Allah mengembalikan matanya, dan berfirman, “Kembali temui Musa, sampaikan kepadanya, ‘Silahkan dia letakkan tangannya di punggung sapi, maka usia Musa akan ditambahkan sejumlah bulu yang ditutupi tangannya, setiap satu bulu dihitung satu tahun.’”
Musa bertanya, “Wahai Rabku, lalu setelah itu apa yang terjadi?”
Allah menjawab, “Setelah itu, mati.”
Musa berkata, “Kalau begitu, sekarang saja.”
Lalu Musa memohon kepada Allah agar didekatkan ke tanah suci (Baitul Maqdis), sejauh lemparan sebuah batu.
Jika saya (nabi Muhammad) ada di sana sungguh akan saya tunjukkan lokasi tersebut kepada kalian, yaitu di sisi jalan dekat pasir merah.”
Berdasarkan keterangan Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, bahwa Allah ﷻ mengutus malaikat maut untuk menemui nabi Musa `alaihissalam yang pertama kali adalah untuk menguji. Sementara nabi yang terkenal kuat ini memukul malaikat maut, karena beliau `alaihissalam melihat ada manusia yang masuk ke rumahnya tanpa izin, dan nabi Musa `alaihissalam tidak tahu bahwa itu malaikat maut. Syariat membolehkan orang untuk merusak mata orang lain yang mengintip rumahnya atau melihat isi rumahnya tanpa izin.
Barulah ketika Allah ﷻ mengutus malaikat maut kepada nabi Musa `alaihissalam pada kesempatan yang kedua, beliau `alaihissalam diminta untuk memilih. Disebutkan dalam riwayat yang shahih, para nabi tidak akan dicabut nyawanya, sampai dia diberi kesempatan memilih untuk mati atau tetap hidup. Maka beliau `alaihissalam memilih diwafatkan. Malaikat maut pun mencabut nyawa nabi Musa `alaihissalam ketika itu.
Betapa cinta dan rindunya nabi yang termasuk ulul ‘azmi minar rusul ini kepada tanah suci Baitul Maqdis. Sehingga sebelum diwafatkan, nabi yang dijuluki kalimullah ini memohon kepada Allah ﷻ agar beliau `alaihissalam dimakamkannya pun di didekatkan ke tanah suci Baitul Maqdis, sejauh lemparan sebuah batu.
Demikianlah kisah nabi yang mulia Musa `alaihissalam bersama kaumnya bani Israil yang sangat ingkar dan keras kepala.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai umat yang senantiasa berpegang teguh pada kitabullah dan sunah Rasul-Nya ﷺ. (Kontributor : Dicky Dewata)