Jakarta - Setiap hamba Allah Subhanahu wa ta’ala dituntut untuk beramal salih dan tidak mengerjakan amal yang salah. Semua perbuatan baik tersebut dilandasi karena ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala semata. Sehingga dapat bernilai pahala dan diridhai.
Dikisahkan raja Dzulkarnain telah merampungkan pembangunan dinding penghalang antara rakyatnya dengan Ya`juj dan Ma`juj. Tatkala Ya`juj dan Ma`juj ingin keluar dari gunung tersebut, mereka sudah tidak mampu lagi melakukannya.
Selain tidak bisa mendaki, mereka juga tidak mampu melubanginya. Bagaimana tinggi, tebal dan kokohnya tembok penghalang tersebut. Mungkin juga model bentuknya turut menyulitkan dua kabilah perusak itu hingga tidak mampu keluar.
Al-Qur’an mengabadikan pencapaian gemilang ini dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 97,
“Maka mereka (Ya`juj dan Ma`juj) tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat (pula) melubanginya.”
Mega proyek yang luar biasa ini tidak membuatnya sombong, ujub ataupun berbangga diri. Tidak pula menginginkan pengakuan sebagai bapak pembangunan mega proyek, pakar teknik sipil dan metalurgi dunia atau sebutan lain untuk disematkan kepadanya.
Padahal beliau adalah raja, memiliki wilayah kekuasaan yang luas, kekuatannya luar biasa. Bukan hanya itu saja, sang raja juga memiliki kecerdasan, mampu mengatur semuanya dalam rangka kebaikan dan menguasai teknologi yang memukau dunia. Hasil karyanya fenomenal dan dinikmati manfaatnya oleh seluruh manusia.
Raja Dzulqarnain senantiasa memuji Allah ﷻ dan menyandarkan semua padaNya semata. Beliau menyadari dinding penghalang ini adalah rahmat dan karunia dari Allah Azza wa Jalla. Dzulqarnain selalu bersyukur dan menisbatkan segala kelebihan yang dia miliki kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ mengabadikan kisah kemuliaan raja Dzulkarnain untuk menjadi tauladan sekaligus menunjukan kekuasaan Allah ﷻ, sebagaimana terdapat dalam surah (ke-18) Al-Kahfi ayat 98,
“Dia (Dzulkarnain) berkata, "(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila janji Tuhanku sudah datang, Dia akan menghancurluluhkannya; dan janji Tuhanku itu benar.""
Dipenghujung ucapannya, raja yang mengimani hari akhir ini mengingatkan bahwa dinding penghalang Ya`juj dan Ma`juj tersebut tidak dapat bertahan selama-lamanya. Dinding itu akan hancur jika telah tiba keputusan Allah Azza wa Jalla pada suatu hari nanti di penghujung zaman. Tanda besar tersebut termasuk isyarat yang menunjukkan dekatnya waktu peniupan sangkakala, tanda datangnya kiamat dan hancurnya dunia.
Demikianlah kisah raja Dzulqarnain. Raja yang beriman dan hamba Allah yang salih. Kekuasaan, kedudukan dan tahta yang dimilikinya sanggup diemban beliau dengan sangat baik sebagai amanah yang kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah ﷻ.
Semoga sekelumit kisah ini dapat menjadi renungan dan berfaedah untuk kita. (Kontributor : Dicky Dewata)