Jakarta - Untuk mencapai hasil yang baik diperlukan ketulusan niat, kesabaran dalam ikhtiar dan tawakal. Demikian pula dalam berperang membela kebenaran. Sebagaimana kisah suatu kaum di masa lampau yang berjihad untuk meraih kemuliaan berikut ini.
Bani Israil kembali ditindas dan terusir dari negeri mereka setelah berselang waktu yang jauh dari zaman Nabi Musa `alaihissalam. Maka, mereka meminta kepada nabi Samuel `alaihissalam, agar diutus kepada mereka seorang raja. Raja yang dapat memimpin mereka berperang melawan musuh-musuh mereka.
Maka, Allah ﷻ mengutus Thalut sebagai raja bagi mereka. Namun mereka protes atas keputusan tersebut. Para pemuka bani Israil menginginkan raja yang memiliki kekayaan dan berasal dari keturunan bangsawan.
Para Ahli tafsir mengatakan bahwa konon di zaman dahulu keturunan nabi atau raja bani Israil biasanya berasal dari satu diantara 12 suku Sibth.
Nabi Samuel `alaihissalam pun menjelaskan bahwa Thalut telah dipilih oleh Allah ﷻ. Thalut memiliki kecerdasan dan kekuatan. Kedua hal ini penting dimiliki oleh seorang raja, terlebih lagi pada zaman tersebut. Nabi Samuel `alaihissalam juga mendatangkan dalil bahwa Thalut adalah seorang raja,
“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat." Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 248).
Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, mereka baru percaya bahwa Thalut adalah seorang raja yang diutus, tatkala malaikat telah membawakan tabut tersebut di hadapan bani Israil. Setelah menjadi raja, Thalut bersama bani Israil lainnya keluar untuk berperang melawan Jalut dan pasukannya.
Raja pilihan Allah ﷻ ini berpesan bahwa pasukan bani Israil akan diuji di suatu sungai yang mereka lewati nantinya. Namun pada kenyataannya, kebanyakan dari mereka melanggar perintah Allah ﷻ. Mereka mengabaikan pesan sang raja selaku pucuk komando militer. Hanya sekitar 300 ditambah dengan belasan orang saja yang mematuhinya. Sehingga mereka yang melanggar itu tidak pantas ikut berjihad.
Selanjutnya, pasukan yang tersisa dapat melewati sungai. Mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga bertemu Jalut. Jumlah mereka lebih sedikit dibandingkan Jalut dan bala tentaranya.
Kisah selanjutnya diabadikan Al-Qur’an dalam surah (ke-2) Al-Baqarah ayat 250,"Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”
Orang-orang beriman itu tetap sabar menghadapi peperangan. Betapa banyak kelompok kecil dapat mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah ﷻ. Mereka pun ditolong Allah Azza wa Jalla. Jalut pun meninggal dalam peperangan adu tanding. Hingga bani Israil mampu mendapatkan kemenangan dalam pertempuran tersebut.
Berikut ini diantara doa yang diajarkan Nabi kita tercinta Muhammad ﷺ untuk menyandarkan segala urusan kepada Allah ﷻ,“Janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) meskipun hanya sekejap mata, perbaikilah semua urusanku, tidak ada Tuhan selain Engkau.” (H.R. Abu Daud).
Semoga kita dimudahkan melakukan yang terbaik untuk kemuliaan agama. (Kontributor : Dicky Dewata)