Jakarta - Manusia sebagai khalifah di muka bumi memiliki peran untuk mengelola dan memanfaatkan semua karunia Allah Subhanahu wa Ta`ala secara baik. Hal ini bisa juga menjadi fitnah dan musibah jika disalah artikan oleh orang yang memiliki orientasi yang keliru. Sebagaimana kisah berikut ini.
Raja Nebukadnezar yang juga dikenal dengan nama Bukhtanshar termasuk keturunan Yafuts putra nabi Nuh `alaihissalam.
Nebukadnezar (630-562 SM), adalah penguasa Kekaisaran Babilonia Baru yang berkuasa selama 43 tahun. Yaitu pada kurun waktu 605 SM-562 SM.
Babilon adalah suatu kota penting di Mesopotamia kuno yang merupakan ibu kota dari kerajaan dan kekaisaran Babilonia.
Berdasarkan al-Muntadzam fi at-Tarikh, Ibnul Jauzi rahimahullah menyebutkan hadits Rasulullah ﷺ riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu secara marfu’,
“Raja bumi ada empat, dua mukmin dan dua kafir. Untuk dua raja mukmin, Dzulqarnain dan Sulaiman. Sedangkan dua raja yang kafir: Namrudz dan Bukhtanshar. Dan bumi akan dikuasai seseorang dari ahli baitku.”
Imam ats-Tsa’labi rahimahullah sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifni dalam Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur mengisahkan, bahwa raja Babilonia ini terkenal kejahatannya.
Di awal kekuasaannya, Nebukadnezar kerap mengambil kekuasaan dari raja-raja kecil. Yaitu dengan membayar upeti agar tunduk kepadanya atau memeranginya. Hingga pada akhirnya kekuasaanya cepat berkembang hingga ke syam, Fenisia, Palestina, Irak, Arab Utara, dan sebagian kecil di Asia.
Berdasarkan Tafsir Ibnu Katsir, ulama tabiin, Said bin Musayib rahimahullah mengisahkan bahwa Nebukadnezar menyerang Syam, membakar Baitul Maqdis, dan membunuh mereka. Kemudian dia datang ke Damaskus dan membunuh ribuan umat islam di kalangan bani Israil.
Raja penguasa dunia pada masanya ini juga terus berperang dengan Mesir. Mulai dari Fir’aun Nekho II, Fir’aun Psamtik II, Fir’aun Hofra dan Fir’aun Amasis II. Peperangan ini dilakukan di dalam maupun luar Mesir, seperti peperangan di daerah Karkemis pada masa Fir’aun Nekho II, juga peperangan pada masa Fir’aun Hofra di daerah Palestina.
Semua peperangan ini selalu dimenangkan oleh raja Nebukadnezar. Bahkan peperangannya dengan Fir’aun Hofra di Palestina membawa pengaruh yang besar bagi Mesir. Terjadi guncangan hebat bagi tentara Mesir sehingga menimbulkan perpecahan internal.
Dampak kekecewaan yang luar biasa terjadi dengan dijatuhkannya kekuasaan Fir’aun Hofra dari tahta Mesir. Selanjutnya Fir’aun Amasis II menggantikannya memimpin Mesir. Dia dulunya merupakan seorang jenderal pasukan Mesir yang dinilai sukses.
Fir’aun Amasis II menyusun kekuatan besar untuk kembali berperang melawan Nebukadnezar. Namun Raja dari Babilonia ini kembali berhasil memenangkan peperangan tersebut. Mesir berhasil ditaklukan. Sang raja penguasa dunia ini mendirikan tahta kebesaran di Tahpanhes sebelum akhirnya kembali lagi ke Babilonia.
Pada zamannya, kerajaan Babilonia mencapai puncak kekuasaan dan pengaruhnya sangat luas. Setelah berkuasa selama 43 tahun, raja Nebukadnezar meninggal dunia di Babilonia pada tahun 562 SM setelah terserang wabah nyamuk.
Peninggalan kerajaan dan kekaisaran Babilonia ini masih bisa ditemukan di Al Hillah, Kegubernuran Babil, di negara Irak. Letaknya sekitar 85 kilometer selatan Baghdad.
Semoga Allah ﷻ melindungi umat muslim dari berbuat zalim ataupun dizalimi. (Kontributor : Dicky Dewata)