Jakarta - Setiap manusia yang terlahir di muka bumi pasti akan melalui berbagai ujian. Bahkan para nabi dan rasul, serta orang-orang salih sebelum kita lebih besar ujiannya. Semua ujian menuntut berbagai kesabaran agar dapat melaluinya sebagaimana yang dilakukan nabi Zakaria `alaihissalam.
Nama Zakaria `alaihissalam disebut dalam Al-Quran sebanyak delapan kali. Beliau ‘alaihissalam memiliki isteri bernama Asy-ya`. Ada pula yang mengatakan Al-Yashbi`. Sedangkan sebagian ahli kitab lainnya mengatakan Elisabeth. Asy-ya` merupakan putri sulung Imran; artinya kakak kandung Maryam (Maria). Beberapa pendapat mengatakan ia adalah bibinya Maryam.
Adapun Imran bin Matsan bin al-Azar bin al-Yud disebut Imram dalam bahasa Ibrani. Sedangkan dalam buku-buku Nasrani namanya disebut dengan Yuhaqim. Terlepas dari perbedaan bahasa penyebutan itu semua, keluarga Imran termasuk memiliki kedudukan yang agung dan mulia dalam kurun sejarah. Demikian pula dengan nabi Zakaria `alaihissalam.
Allah Azza wa Jalla memiilih beliau `alaihissalam sebagai nabi yang diutus kepada kaum Yahudi. Ini menunjukkan seberapa besar posisi dan kemuliaannya.
Beliau `alaihissalam bekerja sebagai tukang kayu untuk menopang kebututuhan keluarganya. Hal ini dapat diketahui melalui hadis sahih riwayat Muslim dan Ibnu Majah rahimakumullah, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,"Nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu."
Dikisahkan kala itu, bani Israil banyak melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Sebagaimana yang kita ketahui, mereka adalah kaum yang terbiasa mengubah syariat nabi Musa `alaihissalam. Bani Israil biasa menyembunyikan kebenaran dan memalingkan kalimah dari tempat-tempatnya, mereka adalah orang-orang yang memalsukan dan menyamarkan isi kitab Taurat.
Sebagaimana Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-3) Ali Imran ayat 71,
“Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan antara yang haq dengan kebathilan, dan kamu menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui.”
Begitu khawatirnya nabi yang berasal dari bani Israil ini terhadap kondisi kaumnya. Hal ini semakin meningkatkan keinginan beliau ‘alaihissalam untuk memiliki keturunan. Anak yang akan menjadi pewarisnya untuk melanjutkan tugas kenabian.
Beliau ‘alaihissalam senantiasa berdoa memohon kepada Allah ﷻ agar dapat dikaruniai keturunan. Penerus dakwah yang akan membimbing akidah dan keimanan bani Israil.
Pada suatu hari Hannah binti Faquda (ada juga yang menyebut Qa`uda bin Qubaila), istri dari Imran menyerahkan Maryam untuk mengabdi kepada Allah Rabbul `alamin sepenuhnya. Putri kecilnya ini diserahkan ke rumah suci Baitul Maqdis sesuai dengan nazarnya.
Semoga Allah ﷻ merahmati keluarga-keluarga kaum muslim. (Kontributor : Dicky Dewata)