• Oase

Sang Ahli Hikmah yang Mulia

Rizki Ramadhani | Selasa, 23/05/2023 07:30 WIB
Sang Ahli Hikmah yang Mulia Ilustrasi berdoa (foto:umroh)

Jakarta - Sungguh beruntung orang yang diberikan karunia yang banyak oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala. Yaitu, orang yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan pemahaman yang dalam tentang hikmah (Al-Qur’an dan As Sunnah).

Allah ﷻ menyebut kisahnya tentang bagaimana dirinya mendidik dan menasehati anaknya. Bahkan nama beliau menjadi salah satu nama surah dalam Al-Qur’an. Lantas, siapakah sosok manusia yang mulia ini?

Ada yang berpendapat bahwa beliau adalah cicit Azar, ayahnya nabi Ibrahim `alaihissalam. Beliau sezaman dengan nabi Daud `alaihissalam dan menjabat sebagai mufti atau qadhi. Bahkan sebelum nabi Daud `alaihissalam diangkat menjadi nabi, sempat berguru, berkonsultasi dan bertanya kepadanya.

Menurut Syauqi, ketika nabi Daud `alaihissalam diutus Allah ﷻ menjadi nabi dan rasul, beliau tidak lagi memberikan fatwa. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, dirinya menjawab bahwa ia sudah cukup memberikan fatwa, Tidakkah manusia merasa cukup, bila sudah diberi kecukupan?

Ada pula yang mengatakan bahwa lelaki yang mulia ini adalah putera dari bibi atau putra dari saudari kandung nabi Ayyub `alaihissalam. Namun tidak sedikit yang menuturkan bahwa sosok misterius ini adalah seorang hamba sahaya dari Habasyah (Etiopia) yang berprofesi sebagai tukang kayu.

Beberapa kalangan bahkan menyebutkan beliau bertubuh pendek dari Nubia, salah satu suku di Mesir yang berkulit hitam. Namun ada juga yang berpendapat dirinya berasal dari Sudan. Bahkan ada yang menyebutkan profesinya sebagai penjahit, penggembala atau tukang kayu bakar.

Apa pun itu, yang terpenting beliau adalah seorang lelaki yang Allah ﷻ beri hikmah. Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa mayoritas ulama, termasuk Imam Qatadah dan Imam Mujahid rahimakumullah menyebutkan bahwa manusia mulia ini bukanlah nabi, melainkan seorang lelaki salih yang bijaksana dan memiliki petunjuk yang lurus. Oleh karena itu beliau dijuluki ahli hikmah (al-Hakim).

Pernyataan ini selaras dengan pendapat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam Mausu’ah al-Qarn al’Isyrin, diriwayatkan bahwa lelaki salih yang dijuluki al-Hakim ini bukanlah seorang nabi maupun raja. Dia adalah seorang penggembala yang dimerdekakan majikannya.

Konon dikisahkan, pada suatu hari majikannya pernah menugaskannya untuk menyembelih seekor kambing. Sang majikan memintanya untuk memilihkan bagian anggota tubuh kambing yang paling baik. Maka, beliau pun mengeluarkan lidah dan hati kambing tersebut.

Selang beberapa hari kemudian, sang majikan menyuruhnya kembali untuk melakukan hal yang sama. Kali ini, Sang majikan memintanya untuk memilihkan bagian yang paling buruk dari kambing tersebut. Beliau pun segera memberikan lidah dan hati.

Sang majikan menjadi heran dan menanyakan alasan memilihkan bagian kambing yang sama. Beliau pun menjelaskannya, bahwa kedua bagian itu adalah yang paling enak jika benar-benar baik. Namun lidah dan hati menjadi paling buruk, jika keduanya itu buruk.

Dialah Lukman al-Hakim, bukan nabi namun manusia yang mulia. Nama dan kisahnya diabadikan dalam surah (ke-31) Luqman. Sebagaimana Maryam, ibunda nabi Isa `alaihissalam, yang kisah dan namanya juga diabadikan sebagai nama surah dalam Al-Qur’an.

Allah ﷻ berfirman dalam surah (ke-31) Luqman ayat 12,“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman...”

Semoga sekelumit kisah ini dapat memberikan manfaat. (Kontributor : Dicky Dewata)