Jakarta - Bangsa Arab sangat memuliakan kota Mekah dan Ka’bah sejak jaman dulu. Begitu agung dan bangganya hingga mereka sanggup mengorbankan apapun untuk mendapatkan kemuliaan tersebut, sebagaimana kisah berikut ini.
Sebagaimana yang kita ketahui, nabi Isma’il `alaihissalam yang mengelola dan mengurus Ka’bah sejak beliau bersama nabi Ibrahim `alaihimussalam, ayahnya membangun Ka’bah dari pondasi yang sudah ada sebelumnya. Bahkan nabi Isma’il `alaihissalam bersama Hajar, ibundanya yang pertama tinggal di Mekah dan mendapatkan air zamzam.
Namun sepeninggal nabi Isma’il `alaihissalam, kepengurusan Baitullah tidak dipegang oleh anak-anaknya. Melainkan oleh kabilah dari istrinya, yaitu kabilah Jurhum yang berasal dari negeri Yaman. Mulailah terjadi berbagai penyimpangan seiring berjalannya waktu. Banyak hadiah dari para peziarah untuk Ka’bah malah dicuri oleh kabilah Jurhum.
Akhlak masyarakat yang semakin rusak menyebabkan berbagai macam kezhaliman dan kemaksiatan. Bahkan dua orang pemuda pemudi yang bernama Isaaf dan Nailah berani melakukan perzinaan di dalam Baitullah. Hingga akhirnya dikutuk oleh Allah ﷻ menjadi batu. Masyarakat Mekah pun meletakan kedua patung batu tersebut secara terpisah di bukit Shafa dan Marwa. Sehingga para jama’ah yang melaksanakan sa’i dapat menyaksikannya.
Selanjutnya, kabilah yang dipimpin Tsa’labah bin ‘Amr bin ‘Aamir dari negeri Yaman memerangi kabilah Jurhum di kota Mekah. Mereka pun dapat mengalahkan kabilah Jurhum. Tidak lama kemudian, kekuasaan kota Mekah dan kepengurusan Ka’bah berpindah kepada kabilah yang lain yaitu kabilah Khuza’ah.
Di zaman inilah Amr bin Luhay al-Khuza’i, pemimpin kabilah Khuza’ah mempelopori kesyirikan dan mengganti agama nabi Ibrahim `alaihissalam. Dia yang membawa patung hubal dari negeri Syam ke Mekah. Dia pula yang memulai menetapkan berbagai hewan yang dikeramatkan dan dijadikan persembahan kepada berhala.
Seiring waktu, Isaaf dan Nailah yang telah dikutuk menjadi patung batu oleh Allah ﷻ juga malah disembah oleh orang Arab jahiliyyah. Mereka menjadikan berbagai berhala sebagai perantara atau wasilah kepada Allah ﷻ.
Di masa pemerintahan kabilah Khuza’ah menguasai Ka’bah, terdapat seorang diantara anak keturunan nabi Isma’il `alaihissalam yang bernama Qushay bin Kilab.
Kakek moyang nabi Muhammad ﷺ inilah sebagai tokoh pemersatu kaum Quraisy. Beliau berhasil mengumpulkan keturunan nabi Isma’il `alaihissalam yang tersebar kembali ke kota Mekah dan memiliki kekuatan. Selanjutnya, mereka dengan dibantu oleh Qudha’ah berhasil mengalahkan bani Khuza’ah yang telah berkuasa sekitar 300 hingga 500 tahun.
Sehingga sejak saat itu, hak kepengurusan Baitullah dan kota Mekah kembali dipegang oleh keturunan nabi Isma’il `alaihissalam. Yaitu orang-orang Quraisy yang dipimpin oleh Qushay bin Kilab.
Beliau pula yang mereformasi manajemen kepengurusan Ka’bah menjadi empat bagian kepada keempat anaknya. Yaitu Abduddar, Abdu Manaf, Abdusysyams dan Abdul Uzza. Siqoyah merupakan sebutan yang bertugas memberi minuman kepada jama’ah haji, rifadah yang bertugas memberi makanan kepada jama’ah haji, hijabah bertugas memegang kunci Ka’bah, menentukan waktu pintu Baitullah dibuka dan penutupannya dengan Kiswah, sedangkan liwa’ yang memegang kepemimpinan di dalam peperangan.
Saat pemimpin reformasi ini telah memasuki usia tua, maka kepengurusan Ka’bah diserahkan kepada anaknya yang tertua yaitu ‘Abduddar. Di masa selanjutnya pembagian tugas kepengurusan terhadap Baitullah menjadi dua, yaitu bagian rifadah dan siqayah diserahkan kepada bani ‘Abdi Manaf. Sedangkan hijabah dan liwa’ diberikan kepada bani ‘Abduddar.
Semoga sekelumit kisah ini dapat memperkaya khazanah keilmuan kita. (Kontributor : Dicky Dewata)