JAKARTA - Amerika Serikat sangat prihatin dengan upaya mengganggu hasil pemilihan presiden putaran pertama Guatemala. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu mengatakan hal itu, sehari setelah pengadilan tinggi Guatemala memerintahkan agar surat suara ditinjau.
Blinken menambahkan pemerintah AS mendukung temuan dari para pengamat termasuk Organisasi Negara-negara Amerika atas validitas pemungutan suara, dan mengatakan merusak hasilnya akan menjadi "ancaman besar bagi demokrasi dengan implikasi yang jauh."
Pengadilan tinggi Guatemala pada hari Sabtu memerintahkan surat suara dari pemilihan 25 Juni untuk ditinjau setelah partai calon terdepan dan sekutunya menantang hasil tersebut, menyiapkan potensi penghitungan ulang sebelum pemungutan suara putaran kedua ditetapkan pada 20 Agustus.
Sandra Torres, mantan ibu negara yang memenangkan putaran pertama, menuduh suara telah dimanipulasi. Bernardo Arevalo, yang melawan perkiraan untuk menjadi runner-up dekat Torres, menggambarkan permintaan peninjauan kembali suara Torres sebagai kurang sah dan membahayakan proses pemilihan.
Dalam pernyataan publik yang ditujukan kepada komunitas internasional, Kementerian Luar Negeri Guatemala meminta penghormatan atas kedaulatannya dan prinsip non-intervensi dalam urusan dalam negeri.
Ia juga mengatakan pemerintah menghormati independensi otoritas pemilu dan cabang yudisialnya.
Pengadilan Pemilihan Umum Guatemala pada hari Minggu mengatakan akan mematuhi keputusan pengadilan dan menginstruksikan cabang lokalnya untuk meninjau surat suara dalam waktu lima hari. Mereka sudah menyelesaikan tinjauan pada 30 Juni, tambahnya.
Uni Eropa, yang memantau pemungutan suara dan mendukung hasil yang diumumkan oleh Pengadilan Pemilihan, meminta lembaga dan partai politik Guatemala untuk menghormati proses pemilihan dan apa yang disebutnya "keinginan warga negara yang terwujud dengan jelas."