• Oase

Belajar Tentang Ketegaran Iman dari Kisah Ashabul Ukhdud

Pamudji Slamet | Kamis, 20/07/2023 08:42 WIB
Belajar Tentang Ketegaran Iman dari Kisah Ashabul Ukhdud Ilustrasi

JAKARTA - Inilah kisah Ashabul Ukhdud,  yang memberi pelajaran tentang ketegaran iman. Dalam situasi sesulit apapun, iman haruslah tetap menggelora.

Begini kisahnya. Beberapa waktu sebelum lahirnya Rasulullah ﷺ terdapat sebuah kerajaan di Yaman bernama Kerajaan Himyar. Raja terakhir dari kerajaan itu adalah seseorang yang diberi julukan Dzu Nawwas.

Ia memeluk agama Yahudi, akan tetapi, kesombongan melahapnya sehingga ia mengaku dirinya sebagai tuhan yang berhak disembah. Kerap kali ia menyiksa dan membunuh orang-orang yang menentang agamnya dan ketuhanannya.

Raja itu konon memiliki seorang penyihir sebagai tangan kanannya. Namun, sang penyihir tersebut kian bertambah tua dan lemah. Sang penyihir pun meminta kepada sang raja untuk memberikan dia seorang pemuda agar ia bisa ajarkan sihir kepadanya dan kelak menjadi penggantinya.

Dicarikan lah pemuda yang cocok untuk mengambil peran tersebut. Setelah ditemukan, ia diberikan kepada sang penyihir dan mulai belajar sihir kepadanya secara rutin.
Pada suatu hari, ketika sang pemuda sedang dalam perjalanan menuju gurunya, ia bertemu dengan seorang pendeta. Kemudian ia bercakap-cakap dengan pendeta tersebut dan ternyata ia sangat tertarik dengan apa yang diucapkan oleh pendeta tersebut.

Alhasil, sang pemuda secara rutin pula datang menemui sang pendeta untuk belajar agama, baru kemudian setelah itu ia datang kepada sang penyihir untuk belajar sihir. Akan tetapi, ia merasa bahwa dua hal yang ia pelajari ini bertolak belakang dan ia tidak tahu mana yang lebih baik.

Sang pemuda terus merasa bingung sampai pada suatu hari ia mendapatkan kesempatan untuk mendaptkan jawabannya. Kala itu, Ia melihat hewan melata seperti ular besar yang memicu keributan di jalan. Bagi sang pemuda ini adalah kesempatan.

Tanpa berpikir panjang, Ia mengambil batu dan berdoa “Ya Allah, jikalau ajaran sang pendeta lebih baik di sisi-Mu maka bunuhlah hewan ini dengan batu ini” kemudian pemuda itu melemparkannya dan ternyata, hewan tersebut mati dengan lemparan batu tersebut. Setelah itu, baru ia sadar bahwa ajaran sang pendeta lah yang lebih baik di sisi Allah ﷻ.

Beberapa waktu semenjak terjadinya kejadian itu, sang pemuda mulai dikenal oleh orang-orang. Ia dikenal karena ia dapat melakukan berbagai macam hal yang dianggap mustahil. Hal itu seperti menyembuhkan orang buta dan penderita penyakit kusta.

Akan tetapi yang menarik adalah sang pemuda mensyaratkan bagi siapa yang ingin berobat kepadanya maka ia harus percaya kepada Allah ﷻ dan masuk ke dalam agamanya dan yakin bahwa yang menyembuhkan penyakit tersebut hanyalah Allah ﷻ semata.

Hal ini sampai ke telinga sang raja. Geram mendengar ada orang yang menyembah dan mengajak orang lain untuk menyembah tuhan selain dirinya, ia pun menangkap pemuda tersebut dan memerintahkan agar pemuda tersebut untuk dibuuh. Akan tetapi anehnya, tak ada satupun orang yang dapat membunuhnya.

Ketika ia dibawa ke gunung untuk dilempar dari puncaknya tiba-tiba gunung itu bergetar yang mengakibatkan para prajurit jatuh. Atau ketika ia hendak ditenggelamkan di laut, tiba-tiba kapal yang membawanya tenggelam dan hanya menyisakan sang pemuda yang selamat.

Sang pemuda pun akhirnya berkata kepada sang raja bahwa ia tidak akan bisa membunuhnya kecuali dengan cara khusus, yaitu dengan disalib, kemudian dikumpulkannya orang-orang dalam satu tempat, kemudian ditembakkan dengan panah sambil berdoa “باسم الله ربّ الغلام (Dengan menyebut nama Allah, Tuhan sang pemuda)”.

Alhasil, cara yang diajukan oleh sang pemuda ini dilakukan dan ternyata benar. Panah tersebut mengenai tubuh sang pemuda dan hal itu akhirnya membunuhnya.

Melihat hal ini, orang-orang yang berkumpul pada saat itu takjub dan sontak berteriak “Kami beriman dengan Tuhannya sang pemuda!” Geram dan kesal mendengar reaksi seperti itu dari orang-orang, sang raja memberikan sebuah ancaman. Barangsiapa yang beriman dengan agama sang pemuda maka ia akan dibakar hidup-hidup. Sebuah ancaman yang sangat mengerikan. Meski demikian, tidak ada satupun dari mereka yang mau keluar dari agama sang pemuda tersebut. Keimanan telah tertancap tegar di hati-hati mereka.

Akhirnya, digali lah parit-parit besar, yang disebut dalam Bahasa Arab dengan “Ukhduud” kemudian setiap orang yang beriman dilemparkan kedalamnya, baik itu laki-laki ataupun perempuan, dewasa ataupun anak-anak, semuanya dilemparkan kedalam parit, kemudian dibakar lah parit tersebut bersamaan dengan kaum mukminiin di dalamnya.

Kekejian ini Allah ﷻ abadikan dalam firman-Nya:
قُتِلَ اَصْحٰبُ الْاُخْدُوْدِۙ
“Binasalah orang-orang yang membuat parit” (Q.S Al-Buruuj: 4).

Itulah seuntai kisah yang memberikan kepada kita sebuah contoh akan ketegaran iman bagi seorang mukmin. Semoga kita dapat memetik sebuah faidah dari kisah ini. (Kontributor: Laksana Ibrahim/Alumni Pesantren Al Irsyad-Tengaran

 

Keywords :


Ukhdud iman
.