JAKARTA - Lebih dari 1.300 sekolah hancur total di wilayah yang dikuasai pemerintah di Ukraina sejak invasi Rusia pada tahun 2022 dan lainnya rusak parah, kata Badan PBB yang membawahi urusan anak-anak, UNICEF, pada Selasa, 29 Agustus 2023.
Serangan yang terus-menerus berarti bahwa hanya sekitar sepertiga dari anak-anak usia sekolah yang menghadiri kelas secara langsung dan banyak yang melupakan apa yang telah mereka pelajari, katanya.
Di luar Ukraina, lebih dari separuh anak-anak yang keluarganya melarikan diri dari konflik ke tujuh negara tidak terdaftar dalam pendidikan nasional, kata UNICEF, dengan alasan kendala bahasa dan sistem pendidikan yang terlalu ketat.
Beberapa sekolah terkena serangan langsung dan lainnya ditutup sebagai tindakan pencegahan setelah 18 bulan serangan rudal dan artileri terhadap wilayah pemukiman di seluruh negeri.
“Di Ukraina, serangan terhadap sekolah terus berlanjut, menyebabkan anak-anak sangat tertekan dan tidak memiliki tempat yang aman untuk belajar,” katanya.
Perang tersebut terjadi setelah gangguan akibat COVID, yang berarti beberapa anak Ukraina menghadapi gangguan selama empat tahun berturut-turut saat mereka kembali bersekolah minggu ini setelah liburan musim panas, kata UNICEF.
“Hal ini tidak hanya membuat anak-anak Ukraina kesulitan untuk maju dalam pendidikan mereka, namun mereka juga kesulitan untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari ketika sekolah mereka berfungsi penuh,” kata Regina De Dominicis, Direktur Regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah.
Sekitar separuh guru di Ukraina melaporkan penurunan kemampuan siswa dalam bahasa, membaca dan matematika, dan mereka kehilangan rasa aman dan persahabatan yang dapat diberikan sekolah kepada mereka yang mengalami perang.