JAKARTA - Moderna (MRNA.O) pada hari Rabu mengatakan data uji klinis menunjukkan vaksin COVID-19 yang diperbarui kemungkinan akan efektif melawan subvarian virus corona BA.2.86 yang sangat bermutasi yang telah menimbulkan kekhawatiran akan kebangkitan infeksi.
Perusahaan tersebut mengatakan suntikannya menghasilkan peningkatan 8,7 kali lipat dalam antibodi penetralisir pada manusia terhadap BA.2.86, yang sedang dilacak oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
“Kami pikir ini adalah berita yang ingin didengar orang-orang saat mereka bersiap untuk pergi keluar dan mendapatkan obat penguat musim gugur,” kata kepala penyakit menular Moderna Jacqueline Miller dalam sebuah wawancara, menambahkan bahwa data tersebut juga akan membantu meyakinkan regulator.
CDC sebelumnya mengindikasikan bahwa BA.2.86 mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya menderita COVID atau telah divaksinasi dengan suntikan sebelumnya. Cabang Omicron membawa lebih dari 35 mutasi pada bagian-bagian penting virus dibandingkan dengan XBB.1.5, varian dominan sepanjang tahun 2023 dan menjadi target suntikan yang diperbarui.
Moderna mengatakan pihaknya telah menyampaikan temuan baru mengenai vaksinnya kepada regulator dan menyerahkannya untuk publikasi tinjauan sejawat. Suntikan yang dilengkapi kembali ini belum disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), namun diperkirakan akan tersedia akhir bulan ini atau awal Oktober.
Produsen obat yang berbasis di Massachusetts dan produsen vaksin COVID-19 saingannya Novavax (NVAX.O) dan Pfizer (PFE.N) dengan mitra Jerman BioNTech (22UAy.DE) telah membuat versi suntikan mereka yang ditujukan untuk subvarian XBB.1.5.
Bulan lalu, Moderna dan Pfizer masing-masing mengatakan bahwa vaksin baru mereka tampaknya efektif melawan subvarian baru yang menjadi perhatian yang dijuluki EG.5 dalam pengujian awal.
Regulator Eropa sejak itu mendukung suntikan Pfizer/BioNTech, dengan Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris menyetujui vaksin tersebut pada hari Selasa, namun belum membuat pengumuman apa pun mengenai vaksin Moderna yang diperbarui.
BA.2.86 kini telah terdeteksi di Swiss dan Afrika Selatan serta Israel, Denmark, AS, dan Inggris menurut seorang pejabat WHO.
Meskipun penting untuk memantau varian tersebut, beberapa ahli mengatakan kepada Reuters bahwa varian tersebut tidak mungkin menyebabkan gelombang penyakit parah dan kematian karena pertahanan kekebalan yang dibangun di seluruh dunia akibat vaksinasi massal dan infeksi sebelumnya.