MAKASSAR – Kementerian Sosial RI (Kemensos RI) mendapatkan apresiasi dari penasihat khusus Presiden Amerika Serikat untuk perwujudan dan penghormatan isu disabilitas, Sara Minkara. Apresiasi ini lantaran Menteri Sosial Tri Rismaharini berhasil melaksanakan Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025.
Agenda yang secara khusus membahas pengarusutamaan hak penyandang disabilitas ini, merupakan kegiatan yang pertama bagi forum kerja sama kawasan ASEAN dengan pemerintah Amerika Serikat.
“Kami senang bisa ke sini. Ini pertama kali forum tingkat tinggi antara US-ASEAN, terima kasih kepada Menteri Sosial Indonesia sudah menjadi tuan rumah acara ini,” kata Sara Minkara, di sela-sela agenda The ASEAN High Level Forum (AHLF) on Enabling Disability - Inclusive Development and Partnership beyond 2025, yang berlangsung di Hotel Fourpoints by Sheraton Makassar, Rabu (11/10/2023).
Menurut Sara Minkara, forum tingkat tinggi ini dapat meningkatkan perspektif para delegasi dan peserta tentang isu disabilitas, baik dari segi keamanan maupun fasilitas penunjang bagi kelompok disabilitas. Diskriminasi pada kelompok disabilitas harus dihapuskan, karena banyak masyarakat global yang belum memahami konsep inklusif terhadap penyandang disabilitas.
Diskriminasi atau batasan tersebut dapat dihapuskan melalui perluasan akses bagi kelompok disabilitas, agar mereka bisa mengembangkan nilai-nilai dan potensi yang ada di dalam diri mereka. Hal ini termasuk akses pada pengembangan teknologi seperti Artificial Intelegence (AI), pendidikan, transportasi, dan ekonomi.
“Oleh karena itu, inovasi adalah sebuah keharusan,” ujar Sara Minkara.
Terkait inovasi, dalam kurun dua tahun terkahir Kemensos telah menelurkan tiga inovasi alat bantu disabilitas dengan fitur teknologi tinggi. Inovasi tersebut berupa tongkat penuntun adaptif, gelang Gruwi untuk penyandang disabilitas sensorik rungu wicara, serta gelang Grita untuk penyandang disabilitas intelektual. Teknologi ini terbukti mampu mempermudah aktivitas para penyandang disabilitas dalam kesehariannya.
“Alat bantu ini meningkatkan aksesibilitas penyandang disabilitas sehingga mereka dapat berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari,” kata Mensos Tri Rismaharini saat membuka forum.
Tongkat adaptif misalnya, diciptakan dan didesain dengan fitur-fitur yang mampu mendukung aktivitas para penyandang disabilitas sensorik netra. Keunggulnnya, mampu mengeluarkan peringatan suara ketika menangkap suatu objek di depan penggunanya. Secara fungsi, TPA juga mampu mendeteksi jarak yang ada di depan tongkat, mendeteksi air atau genangan air, serta mendeteksi asap dan panas.
Adapun gelang Grita dan Gruwi diciptakan untuk mencegah tindakan kekerasan terhadap penyandang disabilitas. Gruwi memiliki fitur tombol panik dengan alarm darurat, sensor suara dengan pengaturan level tangkapan dan jarak, serta indikator LED dan getaran yang dapat mendeteksi suara.
Sementara untuk gelang Grita telah dilengkapi dengan fitur unggulan seperti sensor denyut nadi dengan alarm jika melebihi batas wajar, lampu indikator darurat untuk perhatian sekitar, dan 8 level sensitivitas denyut nadi yang dapat diatur, serta koneksi telepon seluler untuk mengirim koordinat GPS dan data realtime pengguna.
Kegatan AHLF ini diikuti delegasi dari 10 negara ASEAN, ditambah 3 negara mitra dari USA, UK dan Australia. Kehadiran ketiga negaratersebut sebagai mitra dalam pemberdayaan disabilitas karena di 3 negara tersebut sudah berjalan.