• Info DPR

Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Serius pada Industri dan Komoditi Pangan

Tim Cek Fakta | Kamis, 02/11/2023 17:27 WIB
Depresiasi Nilai Rupiah Diharap Tak Berdampak Serius pada Industri dan Komoditi Pangan Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin. Foto: dpr

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) semakin mengalami depresiasi bahkan sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang 2023, yaitu hampir menembus angka Rp16.000/USD.

Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin berharap penguatan harga dolar terhadap rupiah tidak memberikan dampak serius pada sektor industri di tanah air. Ia menyebutkan selama masa reses DPR kemarin, pihaknya terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait dengan kondisi ini.

“Kemarin kita titik beratkan kepada Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan dan LPS yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan harus terus berkoordinasi supaya penguatan dari harga Dolar ini tidak semakin berdampak kepada sektor industri kita,” tuturnya seperti dilansir dpr.go.id, Kamis (2/11/2023).

Puteri tak menampik masih banyak industri maupun UMKM yang bergantung pada komoditas impor sehingga rentan terdampak oleh fluktuasi nilai mata uang. Disampaikannya, dalam UU Nomor 4 tahun 2023 tentang Pengembangan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK) bahwa Bank Indonesia juga memiliki tanggung jawab dalam peningkatan sektor UMKM. Terlebih, Presiden Jokowi juga terus menggaungkan mengenai hilirisasi.

“Kita mendorong supaya Bank Indonesia bisa mendorong komoditas yang menjadi substitusi dari barang-barang yang selama ini kita masih impor, yang tentu akan sangat berdampak pada kekuatan harga Dolar ini,” lanjutnya.

Politisi Partai Golkar itu lantas memberikan contoh kedelai sebagai komoditi yang pemenuhannya masih tergantung impor. Sebagai bahan baku dari tahu dan tempe yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, menurutnya, jika harga kedelai naik maka bukan tak mungkin akan mempengaruhi pedagang kecil yang berada di hilir.

Legislator Dapil Jawa Barat VII ini meminta Bank Indonesia untuk terus menguatkan dan membina UMKM agar nantinya bisa bertambah jumlahnya dan nantinya dapat menekan jumlah barang impor, terutama dari sektor makanan dan minuman.

Tak hanya kedelai, bahan baku makanan dan minuman yang masih bergantung pada komoditas impor adalah gandum dan gula. Sektor industri lain yang akan merasakan dampak kenaikan bahan baku impor selain makanan dan minuman adalah industri farmasi atau industri petrokimia hingga tekstil. Selain itu, harga BBM terutama BBM bersubsidi juga bergantung pada kekuatan nilai tukar rupiah.