INDRAMAYU - Dirjen Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PPKTrans) Kemendes PDTT Danton Ginting Munthe menyatakan warisan semangat dari para pioner transmigrasi yang dimakamkan di Indramayu harus terus digelorakan.
Pesan itu disampaikan saat upacara tabur bunga makam pioner transmigrasi di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (7/12/2023).
Upacara tabur bunga untuk mengingat peristiwa tragis meninggalnya 67 transmigran dari Boyolali dipimpin langsung oleh Dirjen PPKTrans Danton Ginting Munthe.
"Peristiwa tersebut dibuatkan monumen khusus di Kecamatan Sukra ini," kata Danton usai upacara tabur bunga. Selain itu, jadi momentum penting dalam rangkaian pembangunan transmigrasi.
Mantan Karo Umum dan Layanan Pengadaan ini menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dalam rangka memperingati Hari Bhakti Transmigrasi ke-73 yang akan dipusatkan di Desa Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Lampung.
"Semangat yang diwariskan oleh para pioner transmigrasi harus terus kita gelorakan," tegasnya.
Sehingga pembangunan transmigrasi terus dilanjutkan dan tetap diminati oleh masyarakat.
Danton dalam kesempatan itu menyerahkan buku berjudul “Jer Basuki Mawa Beya - Kisah Inspiratif Perjuangan Transmigran Menuju Kesuksesan” kepada Bupati Indramayu, Kedisnakertrans Kabupaten Indramayu, Kadisnakertrans Jawa Barat, Kadisnakertrans Jawa Tengah.
Selain buku, juga diserahkan tali kasih kepada ahli waris pionir transmigrasi yaitu Djaelani, Suyanto, Sangidu serta penjaga Makam Pionir Transmigrasi.
Direktur Fasilitas Penataan Persebaran Penduduk di Kawasan Transmigrasi Wibowo Puji Raharjo dalam upacara juga membacakan sejarah singkat makam pionir transmigrasi.
Kegiatan ziarah dan tabur bunga di makam pionir transmigrasi merupakan kegiatan tahunan Kemendes PDTT untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada tanggal 11 Maret 1974 yang menjadi duka bagi transmigrasi.
Rombongan transmigran asal Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah yang menuju Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rumbia Provinsi Lampung mengalami peristiwa memilukan.
Satu diantara enam bus pengangkut berisi 70 jiwa transmigran asal Kecamatan Andong, Boyolali, Jawa Tengah mengalami kecelakaan.
Kejadian bermula saat bus tersebut melewati jembatan darurat, lalu tergelincir dan terperosok ke Kali/Sungai Sewo di Desa Sukra, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
Musibah tersebut terjadi pada sekitar pukul 04.30 WIB dan menimbulkan korban jiwa sebanyak 67 (enam puluh tujuh) orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.
Korban meninggal kemudian dimakamkan pada area khusus seluas 0,25 Ha yang disediakan oleh Departemen Transmigrasi di dekat tempat pemakaman umum tak jauh dari lokasi kejadian.
Para transmigran yang meninggal dalam peristiwa tersebut, kemudian ditetapkan sebagai "Pionir Pembangunan Transmigrasi" karena merupakan bagian dari rombongan transmigran pertama di Indonesia yang diberangkatkan ke lokasi transmigrasi.
Kompleks pemakaman para transmigran tersebut kini dikenal sebagai "Kompleks Makam Pionir Transmigrasi".
Di antara rombongan yang mengalami musibah tersebut, terdapat tiga orang anak-anak selamat, yaitu Djaelani, Suyanto dan Sangidu.
Di kemudian hari, mereka diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Departemen Transmigrasi dan PPH Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Memperingati peristiwa tersebut sekaligus sebagai penghormatan kepada para pionir pembangunan transmigrasi, pada bagian depan area kompleks pemakaman dibangun sebuah monumen yang kemudian disebut “Monumen Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi".
Upacara tabur bunga juga dihadiri Staf Ahli Menteri Anshar Husen, PSM Ahli Utama Aisyah Gamawati, pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Ditjen PPKTrans dan Kemendes PDTT, Dharma Wanita Persatuan, perwakilan PATRI (Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia), perwakilan PWT (Persatuan Wredatama Transmigrasi), dan perwakilan HMPTI (Himpunan Masyarakat Peduli Transmigrasi Indonesia).