• Musik

Para Pemimpin Dunia Tiba di Kuwait untuk Berbelasungkawa atas Wafatnya Emir Sheikh Nawaf

Yati Maulana | Senin, 18/12/2023 14:02 WIB
Para Pemimpin Dunia Tiba di Kuwait untuk Berbelasungkawa atas Wafatnya Emir Sheikh Nawaf Putra Mahkota Kuwait Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah meninggalkan Parlemen di Kota Kuwait, Kuwait 20 Februari 2006. Foto: Reuters

KUWAIT - Para pejabat asing tiba di negara Teluk Kuwait untuk menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya emir Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah, yang dimakamkan pada Minggu pagi, 17 Desember 2023.

Sheikh Meshal al-Ahmad al-Sabah, 83, penguasa sehari-hari Kuwait selama masa pemerintahan Sheikh Nawaf karena kesehatannya yang buruk, telah menggantikan saudara tirinya sebagai emir.

Penguasa de facto Arab Saudi Putra Mahkota Mohamed bin Salman dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani berada di Kuwait untuk bertemu secara terpisah dengan Sheikh Meshal.

Perdana Menteri Irak dan Menteri Luar Negeri Iran juga menyampaikan belasungkawa. Kuwait diinvasi oleh Irak pada tahun 1990 dan diduduki oleh Bagdad hingga tahun 1991. Negara Teluk ini masih memiliki sengketa perbatasan maritim dengan kedua tetangganya.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tiba pada Sabtu malam dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sheikh Salem Abdallah al-Sabah dan Menteri Pertahanan Sheikh Ahmed al-Fahad al-Sabah.

“Atas nama Presiden Biden, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus,” kata Austin kepada rekannya dari Kuwait.

Sheikh Nawaf “akan dirindukan tetapi kami akan membangun warisannya,” tambah Austin.

Raja Yordania Abdullah, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas juga mengunjungi produsen minyak OPEC tersebut. Kuwait telah menjadi pendukung setia perjuangan Palestina.

Kuwait bertindak sebagai stabilisator, memberikan perlawanan terhadap angin politik Teluk,” kata Kristin Diwan, seorang peneliti senior di Arab Gulf States Institute di Washington. “Hubungan yang proaktif dan konstruktif dengan Irak dan Iran telah terbukti membantu dalam menghadapi perselisihan regional yang tajam.”

Syekh Nawaf, yang enam dekade berkarir dalam pelayanan publik termasuk tugas sebagai menteri pertahanan dan dalam negeri, dimakamkan di pemakaman Sulaibikhat dalam peti mati yang dibungkus bendera Kuwait, setelah salat di masjid Bilal bin Rabah. Dia meninggal pada usia 86 tahun.

Penyebab kematiannya pada hari Sabtu belum diungkapkan.

KONTINUITAS
Sheikh Meshal, yang menghadiri pemakaman dan doa bersama anggota keluarga penguasa Al Sabah, telah menjadi penguasa de facto negara Teluk yang bersekutu dengan AS itu sejak akhir tahun 2021, ketika Sheikh Nawaf yang lemah menyerahkan sebagian besar tugasnya.

Saat ia secara resmi mengambil alih kepemimpinan anggota OPEC dengan cadangan minyak terbesar ketujuh di dunia dari saudara tirinya, Sheikh Meshal diperkirakan akan mempertahankan kebijakan luar negeri utama Kuwait, termasuk dukungan untuk persatuan Teluk Arab, aliansi Barat, dan hubungan baik dengan Riyadh.

Akademisi Kuwait Bader Al Saif mengatakan emir baru diharapkan melanjutkan upaya pemerintah untuk merampingkan sektor publik, sebuah kebijakan yang telah ditempuh oleh Sheikh Nawaf.

Sheikh Meshal juga kemungkinan akan melanjutkan upaya rekonsiliasi, termasuk dengan kelas politik yang beragam, kritikus yang diasingkan dan dipenjarakan, dan dengan keluarga penguasa, katanya.

Almarhum Syekh Nawaf berusia 83 tahun ketika menjadi emir pada tahun 2020, yang saat itu merupakan penguasa tertua yang mengambil alih kekuasaan di Kuwait. Dia dikenal di dalam negeri sebagai pembangun konsensus yang berupaya memperbaiki hubungan lama yang tegang antara parlemen dan pemerintah. Ia juga memaafkan puluhan pembangkang dan kritikus pada masa pemerintahannya.

Masa jabatan tiga tahun Syekh Nawaf sebagai emir relatif singkat menurut standar Kuwait. Pendahulunya sekaligus saudara laki-lakinya, Syeikh Sabah al-Ahmad al-Sabah, memerintah selama 14 tahun dan membentuk kebijakan luar negeri negara Teluk tersebut selama dua generasi.

HORMAT
Abdullah Sabah Al-Mulla, seorang profesor Kuwait berusia 56 tahun, mengatakan negaranya telah kehilangan “ayah yang hebat”.

“Dia tidak membuat batasan antara dia dan siapa pun. Baginya, semua orang adalah setara,” katanya kepada Reuters.

Eid Abdullah Al Fraih, seorang pensiunan Kuwait berusia 60 tahun, mengatakan dia terpikat oleh kerendahan hati dan kasih sayang mendiang emir dan dia yakin Syekh Meshal akan melanjutkan upaya pendahulunya untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dan parlemen.

Kuwait akan makmur (di bawah pemerintahannya). Situasi (politik dan ekonomi) akan membaik, Insya Allah,” ujarnya.

Berdasarkan konstitusi, emir memilih penggantinya, putra mahkota, namun secara tradisional keluarga penguasa mengadakan pertemuan untuk membangun konsensus. Parlemen juga harus menyetujuinya.

Para penguasa di negara-negara Teluk lainnya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam beberapa tahun terakhir telah memilih putra mereka sendiri sebagai penerus mereka.