TOKYO - Otoritas Regulasi Nuklir Jepang mengatakan tidak ada kejanggalan yang terkonfirmasi di pembangkit listrik tenaga nuklir di sepanjang Laut Jepang, termasuk lima reaktor aktif di pembangkit listrik Ohi dan Takahama milik Kansai Electric Power (9503.T) di Prefektur Fukui.
Sebelumnya, gempa dengan kekuatan awal 7,6 skala Richter memicu gelombang setinggi sekitar satu meter di sepanjang sebagian pantai Laut Jepang, dan pihak berwenang mengatakan gelombang yang lebih besar mungkin akan menyusul.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Shika milik Hokuriku di Ishikawa, pembangkit listrik tenaga nuklir terdekat dengan pusat gempa, telah menghentikan dua reaktornya sebelum terjadinya gempa untuk pemeriksaan rutin dan tidak melihat dampak apa pun dari gempa tersebut, kata badan tersebut.
Gempa bumi dan tsunami tahun 2011 menewaskan hampir 20.000 orang dan menghancurkan kota-kota serta memicu krisis nuklir di Fukushima.
Gempa lainnya, yang dikenal sebagai Gempa Besar Hanshin, melanda Jepang bagian barat pada tahun 1995, menewaskan lebih dari 6.000 orang, terutama di kota Kobe.
Gempa yang terjadi pada hari Senin terjadi pada hari libur umum tanggal 1 Januari ketika jutaan orang Jepang secara tradisional mengunjungi kuil untuk menandai tahun baru.
Di Kanazawa, tujuan wisata populer di Ishikawa, gambar menunjukkan sisa-sisa gerbang yang runtuh berserakan di pintu masuk kuil ketika para jamaah yang cemas melihatnya.
Warga Kanazawa, Ayako Daikai, mengatakan dia telah mengungsi ke sekolah dasar terdekat bersama suami dan dua anaknya segera setelah gempa terjadi. Ruang kelas, tangga, lorong, dan gimnasium semuanya dipenuhi pengungsi, katanya.
“Saya juga mengalami Gempa Besar Hanshin, jadi saya pikir cara paling aman adalah mengungsi,” katanya kepada Reuters saat dihubungi melalui telepon.
“Kami belum memutuskan kapan akan pulang.”
Guncangan juga dirasakan wisatawan yang telah berbondong-bondong ke wilayah pegunungan Nagano di Jepang untuk memulai musim olahraga salju.
Johnny Wu, seorang pemain snowboard Taiwan berusia 50 tahun, sedang menunggu bus antar-jemput kembali ke hotelnya di kota resor Hakuba ketika gempa melanda, jendela-jendela bergetar dan atap-atap serta kabel listrik di atas kepala bergetar.
"Semua orang panik saat itu. Saya sudah sedikit lebih baik karena saya berasal dari Taiwan, jadi saya sudah mengalami banyak hal. Tapi tetap saja (saya) masih khawatir (gempa) akan bertambah parah," dia berkata.