• News

Meski Berbahaya, Tahun Lalu Setengah Juta Migran Melintasi Darien Gap di Amerika Latin

Yati Maulana | Kamis, 04/01/2024 06:05 WIB
Meski Berbahaya, Tahun Lalu Setengah Juta Migran Melintasi Darien Gap di Amerika Latin Migran yang menuju AS menunggu di Stasiun Penerimaan Migran di Lajas Blancas, provinsi Darien, Panama, 23 September 2023. Foto: Reuters

KOTA PANAMA - Sebanyak 520.000 migran melintasi hutan berbahaya antara Kolombia dan Panama yang dikenal sebagai Darien Gap pada tahun 2023. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat yang dilaporkan tahun sebelumnya, menurut angka pemerintah yang dilihat oleh Reuters.

Para migran yang melakukan perjalanan yang menandai dimulainya perjalanan berbahaya ke utara dari Amerika Selatan ke Amerika Serikat tahun lalu sebagian besar berasal dari Venezuela, Ekuador, Haiti dan Tiongkok, menurut angka dari badan migrasi Panama.

Sekitar seperempat migran adalah anak di bawah umur, kata Samira Gozaine, kepala badan tersebut.

“Ini adalah masalah keamanan nasional,” katanya kepada wartawan di sebuah acara pemerintah. Sayangnya, kami tidak memiliki solusi cepat untuk menyelesaikannya.

Sejak Presiden Panama Laurentino Cortizo menjabat pada tahun 2019, jumlah migran yang transit di Sungai Darien melonjak, sehingga pihak berwenang meminta bantuan internasional.

Situasi ini sebagian disebabkan oleh peningkatan tajam jumlah warga Venezuela yang melarikan diri dari keruntuhan ekonomi dan sosial yang berkepanjangan di negara minyak yang pernah makmur itu. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih dari tujuh juta warga Venezuela telah meninggalkan negara mereka, menurut data PBB.

Mereka yang melintasi Darien berisiko mengalami kekerasan, pelecehan seksual, perdagangan manusia, dan penyakit. Pada bulan September, Reuters melaporkan bahwa para migran Afrika yang menuju ke Amerika Serikat terbang ke Nikaragua untuk menghindari bahaya Darien Gap.

Jumlah migran dari Tiongkok yang melakukan perjalanan berisiko telah meningkat, salah satunya karena lockdown akibat COVID-19 di sana yang memperlambat perekonomian dan semakin sulitnya warga negara Tiongkok untuk mendapatkan visa AS.