• News

Seluruh Keluarganya Tewas tapi Bocah Gaza Ini Selamat karena Gagal Temukan Tenda

Yati Maulana | Senin, 08/01/2024 12:02 WIB
Seluruh Keluarganya Tewas tapi Bocah Gaza Ini Selamat karena Gagal Temukan Tenda Warga Palestina yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di tenda, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 1 Januari 2024. Foto: Reuters

KHAN YOUNIS - Khawatir akan serangan udara Israel terhadap bangunan tempatnya tinggal, Rami Awad menghabiskan waktu berhari-hari mencari tenda. Dia ingin memindahkan keluarganya ke tempat yang relatif aman di sebuah kamp luar ruangan di Rafah, Gaza selatan. Tetapi dia tidak dapat menemukan tenda, menurut saudaranya Mohammed Awad.

Pada Sabtu dini hari, Rami, istri dan dua putra mereka tewas, bersama dengan kerabat lainnya, ketika serangan menghantam apartemen tempat mereka tinggal di kota Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

Putra ketiga, Mahmoud Awad yang berusia 11 tahun, selamat karena ia bermalam di apartemen lain. Pada pagi hari, dia berada di kamar mayat Rumah Sakit Eropa, tempat orang tua dan saudara laki-lakinya terbaring di rak logam, terbungkus kain kafan.

"Ibuku menyuruhku `pergi dan tidurlah di rumah pamanmu Issa malam ini`. Jadi aku pergi ke rumah pamanku Issa, dan mereka mengebom rumah (tempat tinggal keluarganya)," kata Mahmoud, dikelilingi oleh anak-anak lain yang mendengarkan dalam kesunyian.

“Mereka semua syahid, saudara laki-laki saya dan ayah saya, Rami Awad, dan adik bungsu saya, yang duduk di bangku kelas dua, dan kakak laki-laki saya yang tertua, Muath, yang duduk di kelas delapan,” katanya, berbicara dengan tenang tetapi mengambil napas cepat, sebagai usaha menahan isak tangis.

Anggota keluarga besar lainnya juga berada di kamar mayat, termasuk seorang gadis muda yang mengalami luka di wajah, dan beberapa wanita lanjut usia yang mengelilingi dan memeluknya. Semuanya menangis.

Di dalam kamar mayat, seorang wanita berlutut di samping mayat seorang pemuda yang wajahnya tidak tertutup, menangis sambil meletakkan tangannya di pipi pemuda tersebut.

Di antara jenazah tersebut terdapat seorang anak kecil.

Sebelum perang, keluarga Awad tinggal di al-Shati, salah satu kamp pengungsi yang menampung warga Palestina yang mengungsi ketika Negara Israel dibentuk pada tahun 1948, dan keturunan mereka. Al-Shati adalah bagian dari Kota Gaza.

“Kami berada di kamp pengungsi Shati dan mereka (tentara Israel) menjatuhkan brosur yang mengatakan bahwa Kota Gaza adalah medan perang, jadi kami melarikan diri ke Khan Younis karena itu tempat yang aman, dan mereka masih mengebom kami,” kata Mahmoud.

Keluarga tersebut tinggal bersama kerabat dari pihak ibunya, yang tinggal di tiga apartemen di kota Khan Younis.

Paman dari pihak ayah Mahmoud, saudara laki-laki Rami, Mohammed, termasuk di antara yang berkabung di luar kamar mayat.

“Mereka sempat selamat, tapi mereka dibom saat berada di rumah adikku satu-satunya. Dia sudah berkeliling selama lima hari terakhir untuk mencoba mendapatkan tenda, tidak ada tenda yang tersisa, dia ingin pergi ke Rafah Barat, dan inilah nasibnya,” katanya.

Ledakan ledakan terdengar saat dia berbicara.

"Saya tidak bisa bicara. Saya tidak bisa," kata Mohammed sambil menangis.

Perang tersebut dipicu oleh militan dari kelompok Islam Hamas, yang menguasai Gaza sejak 2007, yang mengamuk di Israel selatan pada 7 Oktober.

Bersumpah untuk menghancurkan Hamas, Israel membalasnya dengan serangan militer di jalur pantai padat penduduk yang telah menewaskan lebih dari 22.700 orang dan melukai lebih dari 58.100 lainnya, menurut kementerian kesehatan Gaza. Hal ini juga telah membuat sebagian besar penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan bencana kemanusiaan.