JAKARTA - Israel telah membunuh komandan tertinggi Hizbullah Wissam al-Tawil dalam serangan udara di Lebanon selatan, kata kelompok bersenjata Lebanon.
Hizbullah pada hari Senin (8/1/2024) mengumumkan pembunuhan salah satu komandannya untuk pertama kalinya dalam tiga bulan bentrokan lintas batas dengan pasukan Israel.
Al-Tawil, juga dikenal sebagai “Jawad”, adalah wakil kepala unit pasukan elit Radwan.
Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon melaporkan bahwa serangan itu dilakukan oleh pesawat tak berawak Israel sekitar pukul 10:15 (08:15 GMT) di jalan menuju al-Dabshah di kota Khirbet Selm di distrik Bint Jbeil dan menewaskan dua orang korban jiwa.
Belum ada komentar langsung dari Israel.
Al-Tawil adalah anggota Hizbullah berpangkat tertinggi yang terbunuh sejak kelompok tersebut dan Israel mulai saling baku tembak hampir setiap hari melintasi perbatasan setelah perang Israel-Hamas/" style="text-decoration:none;color:#228239;font-weight: 700;">Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023.
Seperti pembunuhan wakil pemimpin Hamas/" style="text-decoration:none;color:#228239;font-weight: 700;">Hamas pekan lalu di Beirut, pembunuhan al-Tawil telah menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Hizbullah mengatakan pembunuhan Salah al-Arouri, yang menurut Hamas/" style="text-decoration:none;color:#228239;font-weight: 700;">Hamas dan Hizbullah juga disebabkan oleh serangan udara Israel, “tidak akan luput dari hukuman”, dan mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan militer Israel pada hari Sabtu (6/1/2024).
Melaporkan dari Ibil El Saqi di Lebanon, Imran Khan dari Al Jazeera mengatakan pihak berwenang Israel menganggap al-Tawil bertanggung jawab atas serangan roket terhadap pangkalan pengawasan udara Meron.
Khan mengatakan pembunuhan al-Tawil akan menjadi “kemunduran” bagi Hizbullah yang didukung Iran.
“Itu akan menjadi sesuatu yang akan mereka rasakan, tapi itu tidak akan menghentikan mereka. Cara Hizbullah dibentuk adalah dengan adanya orang-orang yang selalu siap menggantikan komandan dan pejuang yang terbunuh di medan perang.”
Setelah pembunuhan tersebut, sirene peringatan serangan roket diaktifkan di seluruh Israel utara di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Perang Gaza Meluas?
Hizbullah telah kehilangan lebih dari 130 pejuang dalam serangan Israel di Lebanon selatan, dan pembunuhan al-Tawil semakin menimbulkan kekhawatiran bahwa perang di Gaza akan meluas ke Lebanon dan tempat lain.
Pembunuhan itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi negara-negara di Timur Tengah untuk mencoba menenangkan apa yang disebutnya sebagai “momen ketegangan yang mendalam” di kawasan tersebut.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pekan lalu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan perang skala penuh terhadap Lebanon.
“Siapapun yang berpikir untuk berperang dengan kami… akan menyesalinya,” katanya.
Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon telah memperingatkan bahwa eskalasi apa pun di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon “dapat menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan bagi orang-orang di kedua sisi perbatasan”.
Para pemimpin di seluruh dunia, termasuk kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, telah membuat pernyataan serupa dan memperingatkan bahwa “tidak ada yang akan menang dalam konflik regional”.
Sheikh Ali Damoush, wakil ketua dewan eksekutif Hizbullah, mengatakan kelompok itu tidak akan terlibat dalam diskusi apa pun mengenai bentrokan lintas batas sampai Israel menghentikan “agresi mereka terhadap Gaza”.
“Kesulitan Israel semakin dalam dari hari ke hari seiring dengan berlangsungnya perang karena semakin lama agresi berlanjut, musuh akan semakin kelelahan, baik di front Gaza atau di front Lebanon,” kata Damoush pada upacara memperingati pejuang Hizbullah Abdul Jalil Ali Hamzah, yang terbunuh di kota al-Khader di Lembah Bekaa.
“Tidak ada pilihan selain menghentikan agresi.”
Sementara itu, menurut laporan harian Israel Haaretz, Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan negaranya siap menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menyatakan pasukan Hizbullah tidak akan dikerahkan di selatan Sungai Litani dan tentara Lebanon akan mengendalikan seluruh wilayah Lebanon, sampai ke perbatasan dengan Israel.
Menteri juga mengatakan Israel “harus menarik diri sepenuhnya dari seluruh wilayah Lebanon dan menghentikan pelanggaran darat, laut dan udara”.
Pada pertemuan dengan tentara di Israel utara pada hari Senin, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji untuk melakukan “apa pun yang diperlukan” untuk menegakkan keamanan di wilayah tersebut.
“Kami, tentu saja, lebih suka hal ini tidak dilakukan dalam kampanye yang luas, tapi hal itu tidak akan menghentikan kami,” kata Netanyahu.
“Mereka tidak boleh macam-macam dengan kita.” (*)